![21Vox-Point-Indonesia-Lantik-Pengurus-Wilayah-Bekasi](http://www.narwastu.id/wp-content/uploads/2020/05/21Vox-Point-Indonesia-Lantik-Pengurus-Wilayah-Bekasi.jpg)
Narwastu.id – Merekatkan persatuan dan kesatuan antaranak bangsa melalui sebuah organisasi adalah salah satu cara yang cukup efektif membangun negeri ini. Beragam profesi mulai dari politisi, pengusaha, birokrat, legislatif, purnawirawan TNI/Polri, dan aneka lingkup pekerjaan lainnya tergabung di Vox Point Indonesia (VPI). Layaknya sebuah organisasi yang melebarkan sayapnya, demikian pula VPI sebagai wadah perhimpunan bagi para awam Katolik yang terpanggil untuk terlibat dalam kegiatan sosial politik. Dan VPI pimpinan Yohanes Handoyo Budhisedjati, S.H. itu, kembali melantik pengurus VIP Wilayah Bekasi di Sanggar Prativi Building, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 10 Juni 2017 lalu.
Pengukuhan yang dihadiri oleh sejumlah pengurus VPI, di antaranya Haposan Paulus Batubara, Eddy Berutu, Enie Widyastuti, Bambang S., Titus Arianto dan lainnya itu dibuka dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo RD. Rofinus Neto Muli, S.Fil, M.Si (Han) yang juga memberikan wejangan kepada pengurus terpilih wilayah Bekasi yang diketuai oleh Ricardus Budi Utomo dan Ketua III, Ignatius Sihar itu. “Pelayan adalah pemimpin. Seperti Yesus yang datang ke dunia untuk melayani dan bukan dilayani. Pelayan harus memiliki hati hamba. Atau dengan kata lain melayani dengan penuh kerendahan hati sebagai salah satu ciri orang beriman. Agar apa yang dilakukannya bisa menjadi teladan. Di sinilah terletak akhlak yang mulia, yakni menghidupkan spirit pelayan sebagai karakter pemimpin,” kata Romo yang juga menjabat Pastor Moderator Vox Point Indonesia.
Vox Point Indonesia (VPI) yang baru berusia satu tahun itu, selain telah ada di DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Barat akan menyusul di sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Yohanes Handoyo Budhisedjati di sela-sela acara menjelaskan kepada Majalah NARWASTU mengenai kiprah VPI di beberapa daerah yang dikenal sebagai zona merah atau daerah mayoritas. Yohanes meyakini bahwa sebagai anak bangsa ia sangat percaya bahwa tujuannya pasti akan tercapai baik di Jawa Barat atau di kantong-kantong manapun. Sebab tokoh-tokoh atau politisi Katolik banyak, dan mulai saat ini harus bersatu dalam NKRI.
Sebagaimana visi dan misinya, VPI diharapkan menjadi titik temu bagi para awam Katolik untuk memberikan kontribusi yang nyata dalam kegiatan sosial politik di tengah masyarakat. Meski para anggota VPI berasal dari berbagai latar belakang profesi, namun dipastikan organisasi itu bebas dari conflict interest. “Kita dilandasi oleh satu iman Katolik, dan walaupun di dalam VPI banyak sekali anggota dari berbagai partai, tapi kita tetap berlandaskan iman Katolik dengan visi yang sama. Dan kita berjuang di partai kita masing-masing untuk memperjuangkan visi dan misi yang ada,” ujar pengusaha yang juga anggota FORKOM NARWASTU ini semangat.
Sebelum acara pengukuhan atau pelantikan pengurus VPI Wilayah Bekasi, diadakan acara buka puasa bersama dengan mengundang Majelis Taklim Kampung Gedong, Pasar Rebo, dan Majelis Taklim Saung Timur, Pondok Kopi, Jakarta Timur. Dua rombongan itu di bawah bendera PBNU, dan masing-masing berjumlah sekitar 20 orang, serta mendapat sambutan yang cukup hangat dari VPI. Dalam sambutannya Ketua Umum VPI, Yohanes Handoyo Budhisedjati menuturkan, di sini kita ingin menyapa teman-teman seperjuangan yang konsisten dan setia, yakni teman dari NU (Anshor dan Banser) dalam menjaga kebhinnekaan. Di situlah VPI membuka diri dan menjalin kerjasama untuk memperkokoh Indonesia sesuai dengan amanat founder father kita.
Acara yang juga dihadiri oleh sejumlah pengurus NU dan undangan lain, seperti Gus Muhammad Sodri, Haji Lukman Abidin, William Yani dan para pengurus VPI. “Sesuai dengan makna dari PBNU, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945, maka selaras dengan prinsip NU bahwa mayoritas harus melindungi yang minoritas,” tegas Gus Muhammad Sodri di hadapan para hadirin.
Ia menambahkan bahwa teroris sesungguhnya tidak memiliki agama, karena di dalam Islam tidak diajarkan untuk membunuh sesama manusia. Melainkan, dipercaya sebagai agama damai. Mengenai ormas radikalisme, Yohanes Handoyo Budhisedjati pun angkat bicara, bahwa siapapun harus menjaga NKRI. Sebab akhir-akhir ini jika dilihat banyak ormas atau organisasi yang ingin memaksakan kehendak. Tentu saja, katanya, VPI sebagai penjaga NKRI dalam visi dan misinya harus mempertahankan empat konsensus dasar itu dengan segala cara. BTY