Narwastu.id-Manusia yang menemukan makna hidupnya adalah orang yang mampu untuk mempertahankan eksistensinya dengan mengandalkan Tuhan. Itulah yang diyakini Ir Janwar Lumban Gaol, pria kelahiran Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, 26 September 1957 ini. Menurutnya, kehidupan harus dijalani seimbang. Dan jika sukses harus seimbang dalam keluarga dan karier serta bisa berbagi dengan sesama. Janwar melalui pendidikannya di SD Negeri Parsingguran, lulus tahun 1971. Lulus SMP Negeri Tigarunggu tahun 1974. SLTA dari LPSK Bandung, lulus 1977.
Insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung, tahun 1987 ini awalnya bermimpi menjadi guru. Keinginan jadi guru sebenarnya dilatari atas kekaguman mengamati profesi guru yang kebetulan kakak iparnya. Namun, rencana itu gagal karena ada keluarga yang tinggal di Bandung, saat itu pulang ke kampung, dia disarankan agar menimba ilmu ke Bandung. Karena abangnya sudah terlebih dahulu merantau di Bandung, maka tanpa berpikir panjang dia pun sanggupi. Anak keempat dari lima bersaudara ini kemudian kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selulus SLTA di Bandung dia mengikuti tes masuk ke sekolah tinggi teknik tertua di Indonesia yang telah seabad itu. “Saya sebenarnya ingin kuliah di ITB mengingat banyak tokoh nasional dari ITB. Sebutlah Soekarno dan Habibie dan yang lain,” ujar anggota Gaja Toba ini (Gaja Toba adalah organisasi nirlaba yang merupakan perkumpulan alumni ITB asal dari kawasan Danau Toba). Dan karena ada masalah dana kuliah, ia juga mengajar, menggelar les privat untuk anak-anak SMA.
Begitu lulus dari ITB, ia diterima kerja di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Elnusa Geosains Jakarta. Di perusahaan anak Pertamina itu dia bekerja selama dua belas tahun, mulai tahun 1988 hingga tahun 2000. Di Elnusa, Janwar bekerja di bidang Survei Seismik yang tugasnya di lapangan untuk mencari cadangan migas di bawah permukaan bumi, cara kerjanya dengan menggunakan gelombang seismik. Ia pernah jadi Project Manager PT Elnusa Geosains Jakarta. Saat 10 tahun di Elnusa, dia mendapat penghargaan atas dedikasi dan prestasinya, hanya kemudian krisis moneter tahun 1998 membuat perusahaannya terdampak. Hal itu membuatnya banting stir, lalu mencari lahan baru mencoba peruntungan jadi wirausaha.
Dari Elnusa ia pensiun dini. Tahun 2001 Janwar resmi mendirikan CV Tomon Raya Jakarta sebagai direktur, usaha di bidang pekerjaan umum. Bidang ini dipilihnya selain karena istrinya yang juga alumni Fakultas Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, yang bertepatan salah satu direktur di PT Sumber Batu Group, milik Tarnama Sinambela. Ternyata usahanya berjalan baik. Ada berbagai proyek ditanganinya. Kemandirian dari berusaha ini membuatnya banyak waktu mengembangkan usaha lain. Sebagai pengusaha, ia merasakan berbeda sekali sebagai karyawan dengan wirausaha. Setelah usaha pertamanya berkembang, Janwar mendirikan dua perusahaan, PT Tona Mulia Jaya dan CV Selindos. Di dua perusahaan ini dia sebagai komisaris.
Ketika ekonomi keluarganya sudah stabil dan baik, dia juga mengabdi bagi kemajuan kampung halamannya. Seperti perumpamaan satu yang disasar, dua yang kena. Bukan saja membantu kampung halaman dia pun terpilih menjadi anggota DPRD Humbang Hasundutan, Sumut. “Tujuan awalnya sebenarnya ingin mendirikan peternakan babi di kampung,” katanya. Karena ia berlatar belakang pekerja sebagai survei, mengelola data penting, maka dalam rangka mengumpulkan data dia mengunjungi beberapa tempat peternakan untuk dipelajari.
Rencana awal mendirikan usaha, dan bertepatan berdekatan momen waktu itu pemilihan umum. Kesempatan itu pun dimanfaatkannya. “Waktu itu lagi pemilihan legislatif. Atas dorongan keluarga dan teman-teman saya gunakan kesempatan itu juga jadi calon anggota dewan di Kabupaten Humbang Hasundutan,” ujar anak dari Henok Lumban Gaol dan Emelia boru Banjarnahor ini. Pertama yang dilakukannya mencari partai, dan ketemu Partai Kedaulatan (PK) yang malah mempercayainya sebagai ketua di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Usahanya membuahkan hasil, terpilih sebagai anggota DPRD. Janwar terpilih bersama 25 anggota anggota DPRD Humbang Hasundutan. Janwar sendiri terpilih mewakili daerah pemilihan satu yang meliputi, Baktiraja, Dolok Sanggul, Onan Ganjang, Pollung dan Sijamapolang. Sebagai politisi baru ia cepat beradaptasi dan belajar untuk mengembangkan diri. Tentu sebagai politisi waktu itu dia banyak membeli buku-buku yang berkaitan dengan tugasnya sebagai anggota dewan. “Waktu itu saya rajin beli dan baca buku. Buku itu pun tak hanya untuk saya, banyak saya bagi-bagi ke anggota dewan di Humbang Hasundutan,” kenang anggota DPRD Humbang Hasundutan (2009-2014) ini. Niatnya membagi-bagi buku agar mereka sebagai wakil rakyat bisa tahu persis tupoksi masing-masing. Dan saat bertugas sebagai wakil rakyat ia berupaya berjuang untuk menyuarakan aspirasi rakyat agar hidup sejahtera. Bagi anggota jemaat Gereja HKBP Kramat Jati, Jakarta Timur ini, hidup harus seimbang, tepatnya menjadi berkat. Bukan hanya untuk dirinya, bukan juga hanya untuk keluarganya. Dia merasa keluarga memang harus jadi pondasi, tapi di luar keluarga juga harus berperan. “Kita harus melangkah untuk menjadi berkat bagi orang lain. Hidup tak hanya untuk kita nikmati sendiri,” ujarnya. Karena itu, baginya, memaknai keseimbangan itu membagi perhatian, waktu dan dana di organisasi sosial.
Tentu tak semuanya bisa dilakukan, sudah tentu sesuai takaran, semampu yang bisa dilakukannya, termasuk di komunitas marga, dan di gereja ia memberi diri melayani. Di marganya di Lumban Gaol misalnya, Janwar sudah berkali-kali dipercaya jadi sekretaris umum pengurus pusat, dan tidak tertarik untuk jadi ketua umum. Ia hanya ingin bekerja di balik layar, berkontribusi tak harus di depan. “Saya hanya mau berperan bukan untuk di depan, tapi hanya ingin pendorong di organisasi,” jelasnya.
“Kita harus mengambil tindakan nyata dalam berbuat, yang penting kita tahu takaran kita, tahu mengukur diri,” ujarnya. Namun pekerjaan sosial itu harus jalan untuk pelayanan sosial di berbagai ruang yang bisa dilakukan. Di HKBP Kramat Jati sendiri Janwar juga telah memberi tanggung jawab, pernah satu periode menerima tugas sebagai ketua dewan diakonia. Di masanya sebagai ketua dewan diakonia, selain mengumpulkan dana juga memberi beasiswa bagi anak-anak jemaat yang tak mampu secara finansial tetapi berprestasi.
Selain itu, atas perannya dan teman-temannya di Dewan Diakonia HKBP Kramat Jati membangun Klinik Gereja (Klinik tempat mengobati penyakit-penyakit ringan, sedangkan penyakit lebih parah dirujuk ke rumah sakit. Di klinik gereja berobat gratis dan obat pun disediakan di sana. Ada dokter dan perawat setiap hari Minggu. Hal itu bisa dia lakukan karena ada dukungan keluarganya. Suami tercinta dari Ir. Heddy boru Sitohang ini bersyukur, karena bersama keluarganya ia selalu memanjatkan doa dan saling memberikan semangat, dan ketiga anaknya pun jadi penyemangatnya. Ini berkat Tuhan. Di keluarga dia berhasil, dan di bidang pelayanan sosial juga ikut berkontribusi.
Sekarang ketiga anaknya sudah mandiri. Anak pertama, Henry Sapto Wardy Lumban Gaol, S.E., saat ini bekerja di Bank DKI. Anak kedua Harry Natanael Mountane Lumban Gaol, S.T., saat ini berkerja di PT Dirgantara Indonesia. Anak ketiga, Amy Grace Yulita boru Lumban Gaol, S.Ked, sekarang tahun kedua KOAS di RS Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS Harapan Kita. Henry lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Harry lulus dari Sekolah Tinggi Telkom Bandung. Putrinya Amy, lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
“Ada suka duka aktif di pekerjaan sosial kerap disalahtafsirkan, apa yang kita dilakukan sering dinilai salah. Kadang kita melakukan yang baik disalahartikan. Tentu itu sudah menjadi hal biasa dalam setiap melakukan yang baik,” ucap Sekretaris Umum Badan Pengurus Harian Punguan Pomparan ni Raja Lumban Gaol dohot Boruna Sejabodetabek, dan Wakil Ketua Umum yang membidangi organisasi di Pengurus Toga Marbun Indonesia (PTMI). Janwar pun adalah Ketua Dewan Penasihat Forum Peduli Demokrasi Humbang Hasundutan (FPDHH), forum yang dibentuk mengawal proses demokrasi di Humbang Hasundutan. Dia juga mengakui, belum membuat yang terbaik, namun semampu yang bisa dilakukan, Tuhanlah yang menilai.