Narwastu.id-Ketua Umum dan Sekjen DPP PDS (Kini: Namanya PDS Pembaharuan/PDSP), Hendrik R.E. Assa, S.H., M.A., M.H., dan Pdt. Lukas Kacaribu, S.H., M.H., M.Pdk, hasil Munas pada 4 Desember 2020 lalu di Cinere, Jakarta Selatan, pernah berkunjung ke kantor Majalah NARWASTU. Dan sekitar dua jam mereka bertukar pikiran dengan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos dan tim tentang situasi masyarakat, gereja, bangsa dan politik Indonesia. Mereka awali diskusi dengan menyantap nasi Padang, lalu menyeduh kopi dan menikmati aneka roti. “Ini PDS dengan paradigma baru, dan berbeda dengan partai Kristen yang lain. Kami berharap bisa tampil di Pemilu 2024,” ujar Hendrik Assa yang sebelumnya Wakil Ketua Umum DPP PDS dan merupakan sosok yang loyalitasnya teruji di PDS.
Sekadar tahu PDS pada 2004-2009 lalu pernah punya Fraksi di DPR-RI Senayan, Jakarta. Hendrik Assa menerangkan, awalnya ia yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PDS tak ada keinginan apalagi ambisi untuk menjadi Ketua Umum PDS. Namun, dalam munas yang dihadiri 33 DPW (Dewan pengurus wilayah) itu banyak yang mendorongnya untuk maju jadi calon Ketua Umum PDS, apalagi Ketua Umum PDS sebelumnya DR. Tilly Kasenda tak mau lagi menjabat sebagai ketua umum.
Dikatakannya lagi, PDS berbeda dari partai politik nasionalis lainnya, dan nafas PDS adalah Kristiani, dan berprinsip harus santun, beretika dan bermoral. Dan, tukasnya, mereka tak ingin ada lagi persoalan hukum di dalam partai ini seperti yang lalu-lalu. Mengacu pada teori politik ala Socrates, kata Hendrik, ke depan PDS dengan pengurus baru akan memainkan politik yang beretika dan bermoral. Dan mereka tak setuju dengan politik ala Niccolo Machiavelly, yang menghalalkan cara.
Saat Hendrik dipercaya sebagai Ketua Umum PDS, ia mengatakan, ada dukungan dari keluarganya. Dan ia sebagai pengacara menyadari bahwa sebagai ketua umum partai ia harus bisa full time serta harus siap berkorban untuk waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan materi. “Kita mesti mau berkorban agar maksimal,” ujar pria yang sudah sering ditawari sejumlah partai politik besar nasionalis agar bergabung di partai tersebut, namun Hendrik tetap setia berlabuh di PDS. Karena dia yakin bahwa Tuhan sudah menempatkannya di partai ini.
Hendrik menambahkan, mereka terus mencari rekan-rekannya yang dulu dan sevisi dengan mereka untuk kembali mendukung PDS. “Teman-teman lama akan kami ajak bergabung, namun yang sevisi dengan kami. Kita jangan kehilangan semangat mula-mula itu, namun dalam berpolitik mesti baik, benar dan beretika supaya konstituen tetap percaya pada kita,” tegas pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 10 Januari 1966, dan suami tercinta Deysi Rinistela K., S.E., M.H., dan ayah empat anak, Giovani Assa, Gianni Assa, Giovanna Gracia Assa dan Shannen Dominique Assa ini.
Hendrik Assa yang kini juga memimpin kantor pengacara di Dolfie & Partners Law Firm mengikuti pendidikan SD, SMP hingga SMA di Manado, Sulawesi Utara. Dan pendidikan S1 diikutinya di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado (1989), lalu ia mengikuti pendidikan S2 di STT IKAT Jakarta untuk Pastoral Konseling serta Magister Ilmu Hukum (MH) dari Fakultas Hukum Universitas Borobudur, Jakarta (2014). Sebagai advokat/pengacara Hendrik Assa juga selama ini giat mengikuti seminar, diskusi dan diklat seputar ilmu hukum di berbagai lembaga.
Termasuk ia pernah mengikuti pendidikan politik dan kemasyarakatan. Di DPP PDS awalnya ia menjadi anggota di daerah Jakarta Selatan pada 2004-2006. Kemudian pada 2006-2007 dipercaya menjadi Wakil Sekjen Bidang Pemberdayaan dan Optimalisasi Daerah PDS pada 2006-2007. Pada 2007-2010 dia dipercaya sebagai Wakil Sekjen Bidang Disiplin Partai PDS, lalu Ketua Bidang Hukum dan Disiplin DPP PDS pada 2010-2015, Koordinator Wilayah Kalimantan Timur PDS pada 2008-2015, dan Caleg DPR-RI PDS dari Dapil Kalimantan Timur pada 2009. Selain itu, pernah dipercaya sebagai Pjs. Ketua DPC PDS Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 2010-2011, Pjs. Ketua DPW PDS Kalimantan Barat pada 2011, Ketua Mahkamah PDS pada 2012-2015 dan pada 2015-2020 dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum DPP PDS.
Sedangkan organisasi yang pernah diikutinya, ia sejak mahasiswa pernah dipercaya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Unsrat Manado (1986-1988), Ketua Pemuda GMAHK (Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh) Jemaat Jambrut Jakarta Pusat (2003-2005), Ketua GMAHK Jemaat Jambrut Jakarta Pusat (2006) dan Ketua GMAHK Jemaat Tumou Tou Kranggan Cibubur (2016). Juga ia aktif di organisasi asal daerahnya, seperti Ketua Kerukunan Kombi Tondano Minahasa Se-Jabodetabek (2007-sekarang), Ketua Yayasan Kombi Sejahtera (2015-sekarang), dan Ketua Alumni Fakultas Hukum Universitas Samratulangi Se-Jabodetabek (2007-2015) Direktur Eksekutif Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI) pada 2012, Ketua Bidang Hukum dan Politik Gerakan Perubahan Nusantara (GERSANTARA) pada 2015-2016, Ketua DPD Perhimpunan Masyarakat Indonesia Timur (PERMIT) pada 2011-2015, pengawas dan pendiri DPP Sekber Jokowi Nusantara (2015-sekarang) dan Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) pada 2017-sekarang.
Dalam kiprahnya sebagai pengacara, ia sudah banyak menangani masalah hukum di berbagai perusahaan. Kiprah hukumnya ia awali dari Kantor Hukum Angkasa Tarigan Assa & Rekan (1997-2001), lalu Kantor Hukum Hendrik Wina & Rekan (2002-2005), Kantor Hukum Hendrik Assa & Rekan (2006-2008), Kantor Hukum Hendrik & Yohanes pada 2009, dan pimpinan Law Office Dolfie & Partners dari 2010 sampai sekarang. Dan sekarang ia pun dipercaya sebagai penasihat hukum di sejumlah perusahaan swasta nasional.
Hendrik Assa juga menyampaikan harapannya kepada para pimpinan gereja aras nasional, baik PGI, KWI, PGLII, PGPI dan organisasi gereja lain, bahwa suka atau tidak suka konstituen dari PDS sejak berdiri adalah warga gereja. “Dan harapan kami ke depan agar terus terjalin dengan baik komunikasi antara PDS dengan para pimpinan gereja aras nasional. Dan sebenarnya sejak PDS berdiri telah ada hubungan emosional antara PDS dengan para pimpinan gereja aras nasional. Karena itu, ada rencana kami lagi untuk mendatangi para pimpinan gereja aras nasional untuk meminta nasihat,” ujar Hendrik Assa yang sering bersama PDS menyikapi persoalan-persoalan teroris dan masalah kebangsaan melalui media massa.