Narwastu.id – Dua tokoh Alkitab ini (Pontius Pilatus dan Yudas Iskariot) memiliki ciri khas tersendiri saat mendengar namanya. Dan daya ingat kita adalah figur kontroversial, yang tidak henti-hentinya kita berucap, “Mana suara kebenaranmu?“ Makna yang ada dalam diri sosok Pilatus, dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem untuk mengadili Tuhan Yesus Kristus, yang ditangkap di Taman Getsemani. Setelah menyelidiki perkara Yesus, Pilatus mengakui bahwa ia tidak menemukan kesalahan apapun padanya. Namun Pilatus yang sesungguhnya punya kekuasaan besar tidak mampu alias tidak punya nyali gede untuk membebaskan Yesus, bahkan sebaliknya ia tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus. Pilatus tokoh yang tidak mampu menyuarakan kebenaran, bahkan berbelok karena tak kuasa membela yang benar.
Sementara Yudas Iskariot adalah figur yang sering secara spontan kita sebut “pengkhianat.“ Dia satu dari 12 murid Tuhan Yesus yang dicatat Alkitab menoreh dosa. Ia menjabat sebagai bendahara. Namun, dirinya bukan bendahara yang baik, namun serakah dan licik karena kerap mencuri uang untuk kebutuhan pribadi. Bahkan, Yudas Iskariot mau menyerahkan Yesus hanya dengan 30 keping perak ke para pembenci Kristus. Dia tega mengorbankan Yesus yang tak berdosa akibat keserakahannya. Begitu juga kita manusia, tidak ada yang bisa melewati hidup dengan instant. Kita sering serakah dan tega.
Dan Tuhan Yesus selalu menguji iman umatNya. Sudah kuatkah imanmu, dan sudah beranikah engkau menyuarakan kebenaran. Seperti kata Tuhan, jadilah garam dan terang bagi dunia. Kita yang menjalankan hidup, bukan orang lain. Maka teguhkanlah hatimu dan berakarlah pada firmanNya. Manusia terkadang selalu menyesal di akhir setelah melakukan perbuatan yang tanpa disadarinya sudah menghancurkan, bahkan membunuh karakter manusia itu sendiri. Sikap, sifat, pola pikir, emosi dan nilai-nilai yang dianut sering mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu di titik keterpurukan.
Mari kita manusia yang waras bisa mengambil makna dari ketidakberanian dan kebodohan dari Pilatus dan Yudas Iskariot, yang akhirnya menyesal atas keputusan yang dia pertanggungjawabkan sendiri. Walaupun kita tahu bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang Maha Pengampun dan Maha Kasih. Dia sudah mengampuni sebelum kita datang memohon pengampunan. Itulah Allah yang selalu membuka pengampunan bagi seluruh umat yang datang kepadaNya.
* Penulis adalah pemerhati sosial dan kemasyarakatan, serta praktisi pendidikan. Juga dosen ilmu komunikasi.