Arist Merdeka Sirait Tak Lelah Memperjuangkan Hak Anak-anak Indonesia

20
Arist Merdeka Sirait. Setia dan gigih berjuang untuk anak-anak Indonesia.

Narwastu.id-Ia tak pernah lelah memperjuangkan rasa aman dan keadilan sebagai hak anak Indonesia. Itulah yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (Komnas PA). “Di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit karena Covid-19 yang melanda dunia, dan tak terkecuali melanda anak-anak dari keluarga miskin adalah kelompok yang harus menanggung beban hidup paling berat,” ujar Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kelahiran Sumut, 11 Juni 1960 ini.

Sejak menetapkan diri sebagai aktivis anak, ia terus memberi perhatian besar pada persoalan anak-anak utamanya kaum marginal. Kepedulian, empati dan pembelaannya itulah yang terus dipelihara sebagai pekerja sosial masalah anak-anak. Nun jauh sebelum menjadi Ketua Umum Komnas PA, Arist adalah sekretaris jenderal. Sebagai aktivis anak, tentu teror sudah hal yang biasa dirasakannya. Komnas PA didirikan untuk melindungi dan memperjuangkan hak-hak anak, terutama yang membutuhkan perlindungan khusus. Di antaranya adalah korban perdagangan anak, atau penjualan anak.

Itu yang menjadi perhatian suami tercinta Rosti Maline Munthe ini. Dia menyebut anak-anak yang memerlukan perhatian khusus ialah anak-anak yang mengalami tindak kekerasan. “Baik itu kekerasaan seksual, fisik dan psikis. Kemudian anak-anak yang terpaksa bekerja karena kemiskinan. Apakah itu bekerja di perkebunan, industri maupun di jalanan. Lalu anak-anak yang bekerja di pengungsian ketika terjadi bencana, ketika terjadi konflik politik. Seperti yang terjadi di Ambon, di Poso, di Timor Timur. Itu juga bagian dari perhatian kita,” katanya.

Sejak berdiri Komnas PA tak berhenti memberi perhatian kepada anak-anak yang harus menghadapi persoalan hukum, serta anak-anak korban peredaran narkoba maupun yang menjadi konsumen barang terlarang itu. Herannya, menurut Arist, ternyata 82% pelaku kekerasan terhadap anak adalah orang terdekat yang seharusnya melindungi. “Ada 43% kekerasan seksual yang dilakukan keluarga dekat anak itu sendiri. Bayangkan ada bentuk incest, ada pelecehan seksual, ada bentuk perkosaan,” urai ayah tiga anak ini.

Atas pengalamannya itu, Arist pernah dipercaya menjabat di berbagai organisasi pergerakan kemasyarakatan dan menjadi narasumber di berbagai kesempatan, baik di dalam dan di luar negeri. Pengalamannya berorganisasi pun berjubel, ia pernah menjadi pendiri sekaligus menjabat Sekretaris Eksekutif Yayasan Saluran Informasi Sosial dan Bimbingan Hukum
(SISBIKUM), Jakarta. Pendiri Yayasan Kompak Indonesia tahun 1992 di Jakarta.

Ia juga penggagas dan pendiri Yayasan Mahardhika di Medan. Dewan Presidium Indonesian NGO Coaition for Convention on the Rights of The Children (CRC), Direktur Eksekutif Komisi Nasional Perlindungan Anak, staf Pelayanan Masyarakat Kota (PMK) HKBP Distrik VIII Jawa-Kalimantan dan anggota Pendiri Forum Buruh Jabodetabek (FBJ). Penggagas sekaligus pendiri Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI). Pendiri Teater Buruh Indonesia (TBI) di Jakarta,
anggota Jaringan Kerja Buruh Anak di Asia, anggota Majelis Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI), anggota Pendiri Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) dan penggagas lahirnya Kongres Anak Indonesia (KAI) sejak tahun 2000 sebagai wujud Hak Partisipasi Anak di Indonesia.

Ia pun Ketua Dewan Pengurus Nasional Himpunan Batak Tionghoa (BATIN) Indonesia Bidang HAM dan Perlindungan Anak serta Dewan Pembina Forum Komunikasi Kesejahteraan Masyarakat Tobasa (FKKMT). Atas pencapaiannya Arist pernah mendapat penghargaan dari sejumlah lembaga di antaranya, Yayasan ELHAM untuk Kategori Pejuang Hak Asasi Manusia 2008. Dari pernikahannya dengan Rosti Munthe, Tuhan anugerahkan tiga anak, Santi Novalina Sirait, Kristina Elisabeth Sirait, dan Kevin Namalo Sirait. Ia pun pernah aktif di perburuhan, yang awalnya membantu gerakan perburuhan di Indonesia. Dan ia mendirikan Yayasan Saluran Informasi dan Bimbingan Hukum (SISBIKUM) di Jakarta. Harapannya untuk
membangun kesadaran masyarakat buruh yang tertindas. Selain itu, kemudian ia mendirikan Teater Buruh Indonesia sebagai bentuk gerakan budaya, demikian juga untuk memberikan perhatian kepada pekerja anak.

Tahun 1992 ia membangun pergerakan Pendidikan Kreatif yang memerdekan buruh anak di wilayah Jabodetabek dengan mendirikan Yayasan Komite Pendidikan Anak Kreatif (KOMPAK) Indonesia. Di tahun 1992, dia pun inspirator dan pendiri Gerakan Serikat Buruh Independen (GSBI) dan dalam perkembangan berubah menjadi Gerakan Serikat Buruh Indonesia yang dipimpin oleh buruh untuk buruh dan untuk kemakmuran buruh.

Perkenalannya dengan Rosti Munthe telah mengubah jalan hidupnya. Rosti adalah lulusan Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta, dan telah lebih dulu bekerja di lingkungan masyarakat miskin di Jakarta. Lewat sebuah yayasan yang didirikan istrinya itu bersama beberapa orang, perempuan ini aktif bergaul dengan para buruh perempuan. Rosti pun mengajak Arist setiap kali menyelenggarakan kegiatan bersama para buruh perempuan. “Jadi istri saya punya kepedulian. Bahwa dia tak harus bekerja di atas mimbar sebagai pendeta. Dia punya pemahaman bahwa perempuan harus punya pekerjaan di tengah masyarakat,” cerita Arist mengenang masa perkenalan awal dengan istrinya.

Sejak itu Arist memutuskan sepenuhnya aktif menekuni masalah-masalah sosial di sekitarnya. Arist kemudian banyak berinteraksi dan belajar dari sesama aktivis dan pekerja sosial, baik di Jakarta maupun di kota-kota lainnya hingga ke luar negeri. Sebagai aktivis buruh dia sempat bersama-sama dengan alm. Prof. Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., hanya kemudian memilih jalan sendiri-sendiri oleh karena berbeda prinsip, namun persahabatan mereka tetap awet.

Di masa Covid-19 ini Komnas Perlindungan Anak di bawah kepemimpinannya tak pernah surut untuk melayani masalah-masalah anak. Bagi anggota jemaat HKBP ini, semasa hidup baginya perlu ada legacy yang mesti diwariskan untuk kemaslahatan banyak orang. Dia ingin meninggalkan nama baik sebagaimana dikatakan Alkitab. “Nama baik lebih berharga daripada Kekayaan Besar, Dikasihi orang lebih baik daripada Emas dan Perak”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here