Narwastu.id – 1 Timotius 6:12, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”
Iman adalah sistem kepercayaan (believe system) milik Allah dan dapat kita miliki sebagai milik kita jika kita mau menyamakan kepercayaan kita dengan apapun yang Allah percaya. Alkitab juga berkata iman adalah dasar atau substansi dari pengharapan yang belum kita lihat, sebab suatu pengharapan bukanlah pengharapan lagi jika sudah kelihatan, Roma 8:24, “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?” Secara umum dapat kita katakan semua yang keluar dari mulut Allah itulah yang lahir sebagai sistem kepercayaan Allah yang berupa janji-janji, ketetapan, hukum, peringatan, penghiburan, perkataanNya, dan sebagainya.
Mazmur 89:35, “Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah.” Ketika kita berani berharap untuk mempercayai perkataan Allah melalui Firman Allah yang tertulis, sekalipun belum terlihat dengan kasat mata, maka iman siap memenuhi pengharapan itu dengan substansinya, sehingga pada waktunya nanti Firman itu akan bermanifestasi menjadi sesuatu kenyataan yang riil. Iman itu adalah satu-satunya akses untuk masuk ke dalam hadirat Allah atau tahta kasih karuniaNya, dan untuk beriman kepada Firman Allah itu perlu keberanian, karena iman itu sangat indentik dengan keberanian. Alkitab mendefinisikan iman dan keberanian sebagai berikut, Ibrani 11:6a, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah…” Di bagian lain Kitab Ibrani juga menulis, Ibrani 4:16, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
Jadi karena kedua ayat Firman Tuhan ini mengatakan, untuk datang kepada Allah harus dengan iman dan keberanian, maka dapat disimpulkan bahwa iman itu adalah juga keberanian, sebab tidak mungkin ada dua jalan yang berbeda untuk datang kehadirat Allah. Kita harus berani berharap berdasarkan Firman Allah yang kita baca sekalipun fakta di depan mata kita terlihat berbeda dengan janji-janjiNya, bahkan jauh dari kemungkinan namun bersama Allah tidak ada yang mustahil.
Sikap pasrah bukanlah sikap iman, bahkan sikap pasrah ini cenderung kepada meragukan firman Allah. Sepintas sikap pasrah ini menunjukkan kerendahan hati seseorang terhadap Allah, tetapi sebetulnya sikap ini adalah sikap kebimbangan atau mendua hati terhadap kemungkinan yang terjadi. Alkitab berkata dalam Yakobus 1:6-7, “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.” Alkitab juga mengajar kita untuk tidak terlalu terpaku dan terikat dengan fakta yang kelihatan, 2 Korintus 4:18, ”Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”, dan kita tahu bahwa Firman Allah adalah kekal.
Kita ambil contoh ketika seorang anak Tuhan mengalami sakit penyakit yang sangat parah dan kecenderungan untuk sembuh secara medis sangat kecil. Keadaan seperti itulah yang disebut sebagai hari-hari yang jahat yang berusaha menjatuhkan iman seseorang terhadap janji firman Allah. Firman Allah di dalam Kitab Efesus 5:15-17, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu (redeeming the time/tebus waktu) yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Tidak sedikit dari anak-anak Tuhan yang bersikap pasrah dalam kondisi seperti ini dan membiarkan kepercayaan akan iman Allah itu melemah, bahkan ditambahkan dengan perkataan seperti, biarlah kehendak Tuhan yang terjadi sebab Tuhan tahu apa yang terbaik bagi tubuh yang sakit ini.
Ini bukanlah perkataan iman, sebab kita tentu tahu dengan pasti dan tidak akan pernah terbantahkan bahwa kehendak Allah atas segala sakit-penyakit yang menimpa setiap anak-anakNya adalah kesembuhan. Sebab Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kita telah sembuh. Firman Tuhan ini adalah ketetapan sorga untuk selama-lamanya, sehingga yang harus dilakukan untuk mengalami kesembuhan ini harus dengan iman dan bukan dengan pasrah. Tidak perlu lagi untuk bertanya, apakah Allah sanggup dan mau menyembuhkan penyakit tersebut, jawabannya sudah pasti bahwa Allah sanggup dan Allah mau melakukannya. Sebab di dalam Kristus Yesus segala janji-janji Allah adalah YA dan AMIN untuk kemuliaanNya.
Memang kesembuhan tidak selalu terjadi otomatis ketika seseorang mulai mempercayai janji firman Allah, yang perlu dilakukan adalah bersikaplah sebagai orang yang sudah dibenarkan oleh Allah di dalam Kristus dan berusaha untuk mencari tahu tentang apa yang harus dilakukan, dan bagaimana caranya agar janji Firman Allah itu dapat termanifestasi. Salah satunya adalah dengan terus membaca ayat firman yang tertulis tersebut sedemikian rupa seperti yang tertulis di dalam Kitab Amsal 4:18-27, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan, mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung. Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku, janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Semakin tekun kita membaca firman Tuhan dalam tuntunan Roh Allah, maka akan semakin teranglah mata iman kita dan diikuti dengan terangnya tubuh kita, terang itu adalah hidup kita yang sesungguhnya yang akan menghidupkan serta menyembuhkan seluruh tubuh kita. Roh Allah sendiri yang akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaranNya, sehingga kita dapat mengetahui akan hal-hal yang akan datang. Bagi orang fasik, mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung, sehingga tidak mengalami janji firman Allah. Kita perlu memberi perhatian yang terutama hanya kepada firman Allah dan memperkatakan firman itu dengan lidah dan bibir kita, sehingga terdengar di telinga kita dan terbayang-bayang senantiasa di dalam pikiran dan mata iman kita.
Imajinasi kita pun perlu dipenuhi dengan janji-janji firman Allah, sebab kalau tidak hal sebaliknya yang buruk akan diam menempati imajinasi kita sehingga hal-hal buruk yang akan terjadi. Sebab hanya firman Tuhanlah yang akan menjadi obat yang manjur untuk menghidupkan seluruh sel-sel tubuh kita. Di sisi lain, hati yang gembira hanyalah seperti obat tetapi bukanlah obat itu sendiri (A merry heart do good like a medicine), jangan kita berhenti hanya di kegembiraan, melainkan teruskan dengan bertekun membaca firman Allah dan merenungkannya. Perlu diingat juga bahwa hati kita sebagai umat Perjanjian Baru telah dibersihkan dengan darah Yesus, maka pakailah hati nurani yang sudah dimurnikan ini hanya untuk menghadap Allah dan jangan dipakai untuk menghukum diri sendiri ataupun menyimpan kesalahan atau kekurangan orang lain. Jangan biarkan hati nurani kita menuduh kita sedemikian, sehingga mengganggu iman percaya kita terhadap janji-janji Allah.
Kita perlu juga menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita agar jangan sampai mengatakan apapun yang berlawanan dengan iman percaya kita, agar jangan sampai kita membatalkan apa yang kita percayai dengan perkataan kita. Sebab jalan kehidupan kita adalah jalan yang rata dan tidak naik turun, sekali percaya kita harus tetap berpegang teguh kepada apa yang kita telah percayai, dan tetaplah di jalan iman dan jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Semua langkah-langkah iman yang digambarkan oleh Kitab Amsal di atas adalah salah satu contoh praktis tentang bagaimana seseorang melakukan perjuangan iman seperti halnya yang dinasihatkan oleh rasul Paulus kepada Timotius. Perjuangan iman ini disebut sebagai perjuangan yang baik (The good fight of faith), sebab hasil akhirnya sudah diketahui bahwa imanlah yang menang. Mungkin akan ada yang bertanya, bagaimana kalau tidak sembuh juga? Maka jawabannya adalah, kalau kita tidak memulai perjuangan iman, maka sudah pasti tidak akan pernah ada kesembuhan itu. Sebaliknya kalau kita mau memulai perjuangan iman, maka kemungkinan untuk menjadi sembuh akan ada. Memang tidak mudah bahkan mungkin mustahil, tetapi bersama Allah tidak ada yang mustahil. Jauhkanlah sikap pasrah itu bukanlah bagian dari iman, sebab sikap pasrah cenderung pasif sedangkan sikap iman itu adalah aktif. Iman itu mengakses dan mengambil setiap janji-janji yang Allah berikan di dalam Kristus Yesus. Amin.
* Penulis adalah Gembala Cibubur City Blessing, Sahabat NARWASTU dan kolomnis di Majalah NARWASTU.