Narwastu.id – Berbincang dengan pasangan hamba Tuhan, Pdt. Dr. Yoanes Kristianus, M.Th dan Pdt. Henny Kristianus, M.A., cukup mengesankan. Keduanya begitu menghargai dan juga sangat responsif. Padahal, bisa dikatakan jika pasangan hamba Tuhan ini adalah orang yang sangat sibuk. Pernah tinggal sekian tahun di negeri Kanguru (Australia), rupanya tidak membuat pasangan suami istri ini lupa akan tanah airnya, Indonesia. Pada Januari 2006 Pdt. Yoanes dan Pdt. Henny datang ke Jakarta ingin berlibur, tetiba suatu pagi Pdt. Henny Kristianus mendapatkan panggilan di hatinya. “Henny, selamatkan generasi,” kata suara itu. Tapi saat itu dirinya tidak mendapat impresi bahwa itu tentang pelayanan penjangkauan anak-anak muda.
Suatu ketika, perempuan berdarah Tionghoa ini melihat begitu banyak anak-anak yang mengamen di pinggir jalan. Hatinya tersentuh, terlebih lagi kala itu hujan, ia melihat seorang bayi yang digendong ibunya untuk mendapat belas kasihan dari para pengemudi di lampu merah. Melihat hal itu, hatinya gelisah. “Sejak mendapat bisikan di hati, saya terus berdoa bertanya kepada Tuhan apa tujuanNya untuk hidup saya sekaligus meminta kepadaNya untuk berbicara kepada suami saya jika panggilan ini memang dari Tuhan,” jelas Henny mengenang. Saat itu suaminya datang kembali ke Jakarta untuk menjemput Henny dan kedua putrinya yang kembar untuk kembali ke Sidney. Pdt. Yoanes yang saat itu baru saja pulang dari undangan pelayanan di sebuah gereja mengatakan kepada Henny bahwa ia menemukan mimpi, cita-cita, bakat, talenta dan panggilannya di Indonesia. Tanpa berpikir dua kali, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke Indonesia.
Tak lama kemudian, ibu beranak tiga itu mendapat tawaran pekerjaan di Bandung pada Juni 2006. Di situ mereka dipinjamkan tempat tinggal di sebuah ruko di sekitar Dago Pakar, Bandung. Hampir setiap hari di sekitar ruko tempat mereka tinggal ramai dengan anak-anak yang bermain bola dan nongkrong sambil bernyanyi. Melihat keadaan tersebut, Henny memutuskan untuk membuka pintu rumahnya dengan memberikan les Bahasa Inggris secara gratis dan makanan. Henny mengatakan di ruko itulah ia menghidupi panggilanNya. Kendati begitu, Henny terus meminta pernyataan Tuhan selama di Bandung. Hingga suatu hari Tuhan bertanya kepadanya, ”Henny, apa yang paling dibutuhkan oleh orang miskin.” Kemudian Tuhan mulai berbicara kepadanya tentang apa saja yang harus dilakukannya untuk Indonesia. Setelah itu, ia melayani di Yayasan Tangan Pengharapan dengan memberi makanan bergizi dan pendidikan bagi lebih dari 10 ribu anak pedalaman. “Akhir 2018 lalu kami memberikan arahan yang semakin jelas untuk membangun 10 sekolah berasrama dan melahirkan 1.000 pemimpin untuk Indonesia,” kata Pdt. Henny Kristianus mengenang.
Perintisan melalui pendidikan yang menyasar di daerah pedalaman memang bukan hal yang mudah. Terlebih diakui oleh kedua hamba Tuhan itu bahwa dukungan dari pemerintah setempat hanya dukungan kepala desa untuk menerima dan menjaga guru-guru pedalaman Tangan Pengharapan yang diutus untuk mengajar di setiap desa terpencil. Selain itu, bekerjasama dengan sekolah untuk meminjamkan rumah guru seadanya. Sedangkan, untuk dukungan dana sama sekali tidak ada. “Kami harus memperbaiki bangunan sekolah, bangunan rumah guru, pengadaan air bersih, bahkan membangun sekolah-sekolah yang sudah hancur dan memberikan semua kebutuhan sekolah anak-anak. Mulai dari sepatu, seragam, tas dan buku-buku serta makanan bergizi minimal seminggu tiga kali,” terang Pdt. Yoanes Kristianus semangat.
Keduanya sangat percaya bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai rencanaNya. Menurut Pdt. Henny Kristianus, mereka melihat penyertaan dan kasih setia Tuhan di sepanjang masa pandemi yang tidak mudah. Termasuk lompatan iman untuk bersungguh-sungguh mempercayai Tuhan di saat kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sebut saja seperti ada enam sekolah berasrama yang harus terus di-support, enam ribu anak yang harus diberi makan, 158 guru seluruh Indonesia yang harus digaji, pengobatan gratis mobile klinik di Timor, NTT.
“Semuanya itu harus tetap berjalan dan trainers pemberdayaan masyarakat yang terus digaji serta bantuan yang kami salurkan kepada masyarakat. Terutama di masa pandemi seperti sekarang ini kami membuat program peduli sesama yang membantu para hamba-hamba Tuhan di desa-desa dan juga masyarakat yang terkena imbas dari pandemi lewat bantuan sembako, makanan siap saji dan dana tunai. Semua itu dapat disaksikan sebab Tuhan selalu setia dan tidak pernah gagal dalam setiap yang difirmankanNya. Jika Tuhan pernah menolong, maka Tuhan yang sama juga bisa menolong kita di masa yang akan datang,” ujar Pdt. Henny Kristianus
Melalui pendidikan selain melahirkan pemimpin yang unggul dan takut akan Tuhan, keduanya juga berharap lewat pendidikan dapat mengentaskan kemiskinan. Berangkat dari situ, suami istri hamba Tuhan ini pun tak pernah lelah untuk selalu memberikan wejangan kepada para anak didiknya dan buah hatinya. “Hidup kita adalah ibadah. Apa saja yang kita lakukan adalah pelayanan. Kerja, sekolah dan melayani harus excellent dan mau doing extra mile. Hidup kita harus jadi berkat, teladan dan berguna bagi sesama. Cintai Tuhan dengan seluruh hidup kita dan biarlah apa saja yang kita lakukan mempermulikan Bapa di surga,” ucap Pdt. Yoanes di akhir wawancara. BTY