Narwastu.id – Diplomat dan politisi Mangasi Sihombing bertekat ikut memperkuat barisan partai politik Kristen yang baru, yaitu Partai Indonesia Damai (PID), yang belum lama ini telah muncul ke permukaan dunia perpolitikan nasional. Mangasi yang tetap menyandang gelar “Duta Besar” sekalipun telah pensiun, kini dipercayakan untuk mengemban tugas sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP PID. Partai ini dipimpin oleh Ketua Umum Ir. H. Sukandar M.Div, mantan Sekjen PDS sekaligus mantan Ketua Fraksi PDS DPR-RI.
Untuk mendukung PID, Mangasi telah keluar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang dulu parpol tempatnya tampil sebagai Caleg DPR-RI. Dalam keterangan persnya, Mangasi Sihombing memberitahukan telah mengundurkan diri sebagai anggota PSI. Hal itu disampaikan kepada pimpinan PSI secara tertulis, mengingat pemikiran politiknya tidak lagi membidik keanggotaan di DPR Pusat sebagaimana dulu terlihat dari Pileg 2019 yang lalu. “Dalam umur lansia, seseorang harus dapat membuat batasan-batasan dalam dirinya,” demikian dijelaskan Mangasi yang oleh patokan WHO sudah masuk kategori separuh baya.
Mangasi Sihombing menyatakan apresiasi kepada Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie atas pengalamannya yang berharga selama berkiprah di PSI. Tujuan dan cita-cita politiknya untuk membasmi praktik korupsi, mengikis diskriminasi dan mengadang intolerasi serta persekusi yang pernah diembannya selaku aktivis PSI akan tetap melekat dalam dirinya, dan akan dibawa ke manapun langkahnya begerak. Mangasi yang pernah puluhan tahun menggeluti dunia diplomasi selalu mencoba aktif di luar negeri dalam kegiatan-kegiatan kekristenan. Ia pernah dipercayakan memimpin Persekutuan Kristen Indonesia Se-Eropa (PERKI Se-Eropa) tahun 1993-1995. Dia juga memprakarsai pembentukan Badan Kerjasama Umat Kristiani Nederland dan menjadi ketua yang pertama. Jelas hal ini menjadi dorongan baginya dalam memperkuat satu partai berbasis kekristenan di tanah air.
Mangasi Sihombing yang juga tercatat sebagai Ketua Dewan Penasihat Visi Indonesia Unggul serta aktif dalam dunia perpuisian, melihat dunia perpolitikan kita harus menuju kohesi nasional yang mampu menjalin-rajut dan menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan yang kuat dan utuh dengan menghormati hak-hak minoritas. Mangasi adalah sosok yang selalu menghayati demokrasi sebagai pemerintahan oleh mayoritas dan perlindungan bagi minoritas. Dengan perlindungan minoritas berarti menghapus kesewenang-wenangan yang dapat menindas golongan lemah. Pemaknaan demorasi yang demikian itulah yang perlu diperkuat dan dihayati oleh semua pihak.
“Itulah pokok etika politik yang harus dibudayakan dan harus dijadikan rujukan dalam perjuangan membangun NKRI tercinta,” pungkas Mangasi kepada Majalah NARWASTU di tengah kesibukan bangsa ini mengatasi serangan Covid 19. Sekadar tahu, Mangasi termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2019 Pilihan Majalah NARWASTU.” CFJ