Narwastu.id – Pada 17 Agustus 2017 ini, Indonesia genap 72 tahun merdeka. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena negeri ini masih aman dan utuh, sekalipun banyak tantangan yang dihadapi akhir-akhir ini, terutama masalah terorisme, radikalisme, korupsi, peredaran narkoba, jual beli manusia dan penyakit sosial yang makin mengenaskan. Sekaitan dengan persoalan negeri ini, ketika menyampaikan Firman Tuhan di acara ibadah syukur atas hari ulang tahun (HUT) Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU (FORKOM NARWASTU) pada Kamis, 1 Juni 2017 lalu, yang bertepatan dengan Hari Kelahiran Pancasila di Graha Bethel, Jakarta, Pdt. DR. Anna B. Nenoharan, M.Th mengutip renungan menarik dari Kisah Para Rasul 18:9-10.
Ditegaskan Pdt. Anna Nenoharan di situ, jangan takut, teruslah memberitakan Firman Tuhan atau kabar baik. “Tuhan akan menyertai engkau, dan tak akan ada yang menjamah serta menganiaya engkau,” ujarnya. Ketua Sinode GEKINDO (Gereja Keesaan Injili Indonesia) ini menerangkan, dalam bulan-bulan terakhir ini negeri kita penuh dengan intimidasi (teror), makanya disebut-sebut “bulan intimidasi.” Menurutnya, Indonesia sudah lama merdeka, namun masih ada saja pihak-pihak yang mengintimidasi, dan itulah Indonesia.
“Kita diingatkan oleh Firman Tuhan dari Kisah Para Rasul 18:9-10 ini agar jangan takut, dan jangan diam. Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU yang tergabung di FORKOM NARWASTU, harus terus menyuarakan kabar baik di tengah bangsa ini. Kita lihat sekarang, ada pihak lain menyebut kita kafir, ada teroris dan ada penganiayaan. Di tempat tinggal saya sampai Densus 88 Polri berjaga-jaga, karena ada bahaya teroris. Bagaimana kita umat Kristen menyikapi keadaan ini, kita jangan takut. Kita harus terus bekerja, mengasihi bangsa ini dan menyuarakan kabar baik. FORKOM NARWASTU bukanlah kumpulan orang-orang yang ingin berorganisasi, namun orang-orang berkualitas yang ingin berbuat sesuatu bagi bangsa ini,” ujar salah satu figur yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2010 Pilihan Majalah NARWASTU” ini.
Pdt. Anna yang pernah diundang Kongres Amerika Serikat untuk bicara kerukunan umat beragama di Indonesia menerangkan, yang kita butuhkan saat ini orang-orang berkualitas. Berkaitan dengan maraknya sikap intoleran, termasuk terhadap gereja di Indonesia, ujarnya, ia sudah sering bicara di forum lintas agama tentang aksi-aksi intoleran yang meresahkan masyarakat. “Dulu saya sering berdemo, baik ke Komnas HAM, DPR-RI bahkan ke Presiden RI kita sampaikan masalah intoleran atau intimidasi terhadap kegiatan beribadah,” tukasnya.
Kita, imbuhnya, membutuhkan orang-orang Kristen berkualitas. Dalam menyikapi keadaan yang kerap mencemaskan itu, kita mesti terus mendengarkan Firman Tuhan dan lakukan firman itu dengan taat dan setia. “Kita harus takut akan Tuhan. Berbahagialah orang yang takut Tuhan, karena anak-anak cucunya akan diberkati. Jadi pegangan kita mesti Firman Tuhan. Orang lain bisa membuat kita bercucuran air mata, namun Tuhan tak akan mengecewakan kita,” paparnya.
“Anak-anak kita sejak kecil mesti diajar agar takut akan Tuhan dan tahu Firman Tuhan. Dalam menghadapi persoalan bangsa, iya, kita mesti berkualitas. Di otak manusia itu sesungguhnya iblis berperang, dan kita harus lawan dengan Firman Tuhan. NARWASTU punya motto menyuarakan kabar baik. Maka mari kita suarakan terus kabar baik. Kita harus bisa menjadi garam dan terang. Kita harus hilangkan ketakutan dan kekhawatiran, caranya buat hati gembira, karena itu obat,” tukasnya.
Tubuh kita, katanya, adalah bait Roh Kudus, sehingga jangan simpan kebencian, ketakutan, kemarahan, dan kekhawatiran. Mari hidup dengan penuh syukur dan sukacita. Kalau kita hidup dengan hati gembira, penuh syukur dan rukun, maka akan turun berkat Tuhan buat kita. “Setiap kita bangun tidur, isilah hati dan pikiran kita dengan Firman Tuhan agar Tuhan memimpin dan memberkati kita. Yang berbahagia adalah yang mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya,” pungkasnya.
Berbicara soal Indonesia yang sudah 72 tahun merdeka, tokoh muda Kristiani Ir. Soleman Matippanna, S.T. yang juga Ketua DPD MUKI Bogor, berpendapat, bangsa ini perlu terus berefleksi tentang kemerdekaan. “Bangsa kita belum merdeka dari pikiran-pikiran yang seharusnya tak patut dilakukan, misalnya, kasus korupsi. Ini sangat fatal. Karena uang yang mestinya dipakai untuk kesejahteraan rakyat diselewengkan oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Indonesia masih negara berkembang, belum negara maju,” papar pria cerdas, religius dan nasionalis ini.
“Kemerdekaan yang hakiki bisa kita capai jika sudah tercapai keadilan sosial, misalnya, bebas beribadah, bebas mencari nafkah, bebas mendapat pendidikan yang layak dan bisa hidup nyaman sehari-hari,” cetus pria asal Toraja dan Pembina YKMI ini. Refleksi atau pendapat Pdt. Anna Nenoharan dan Soleman Matippanna ini adalah curahan hati dari dua anak bangsa yang ingin negeri ini agar semakin baik dan sejahtera setelah 72 tahun merdeka.
Di tengah bangsa ini, memang kita harus terus menyatakan kasih, menjadi garam dan terang serta harus terus berdoa. Di sisi lain, bangsa ini membutuhkan orang-orang berkualitas (beriman teguh), serta kita mesti berupaya agar jangan terus diliputi ketakutan, kekhawatiran dan kemarahan, sekalipun keadaan negeri ini memprihatinkan. Sadar atau tidak sadar, sekarang anak bangsa ini banyak yang gelisah dengan keadaan negeri ini. Hanya saja, Firman Tuhan yang tertulis di Kitab Mazmur 42:12 mengajak kita agar selalu berharap dan bersyukur kepada Tuhan. Karena Tuhanlah penolong kita dan Allah kita. Semoga. Dirgahayu Republik Indonesia 2017.