Kesuksesan bagi banyak orang kerap diidentikkan dengan hal-hal berbau materi. Tapi tidak bagi Dr. Lasmaida S. Gultom, S.E., MBA. Sukses, baginya, adalah bagaimana dapat melakukan ketetapan Tuhan dan memuliakan namaNya. Ia pun punya keinginan untuk membangun sebuah tempat bagi orang-orang miskin agar mereka ikut merasakan kebaikan Tuhan.
Berbincang dengan perempuan berdarah Batak ini di ruang kerjanya di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Menara Radius Prawiro, Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, baberapa waktu lalu, jauh dari rasa membosankan. Selain itu, percakapan dengannya berlangsung sersan (serius tapi santai). Kesan yang didapat adalah sosok perempuan ini penuh semangat, ceria dan cerdas. Istri dari Maradat Situmorang ini mengisahkan tentang perjalanan kariernya dari tahun ke tahun, yang diakuinya, merupakan penyertaan Tuhan. Dimulai pada tahun 1990 ia bekerja di PT. Taspen (Persero) pada Perusahaan Asuransi Pensiun Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Negara Sipil, saat ini milik negara.
Satu tahun kemudian, Ida begitu ia biasa disapa, mulai mengembangkan kariernya di Bank Indonesia (BI) sebagai pengawas bank. Selanjutnya di Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Lantaran tekun dan gigih, alumni dari Universitas Pancasila Jurusan Ekonomi Manajemen, Jakarta, ini dipercaya untuk menempati posisi di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada 2019. Ia unggul dalam pelbagai hal, termasuk soal teknis-teknis dan organisasi, sehingga mampu menciptakan solusi yang efektif di bidang tindakan pengawasan perbankan dan pengembangan kompetensi SDM.
Keberhasilannya itu mengantarkan peraih Master of Business Administration (MBA) in International Management dengan major in Finance dari International University of Japan tahun 1999 ini untuk jabatannya sekarang sebagai Analis Eksekutif Senior di Departemen Pengendalian Kualitas Pengawasan Perbankan di OJK. “Bukan karena kuat dan gagah saya, kalau sampai hari ini diberikan kepercayaan oleh Tuhan bagi posisi seperti sekarang,” tukas Ida merendah.
Bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang, termasuk status sosial, tingkat pendidikan dan usia yang berbeda, untuk mensosialisasikan seputar lingkup pekerjaannya, tidak serta merta membuat perempuan kelahiran Pekan Baru, Kabupaten Simalungun, Sumut, 10 April 1965 ini merasa rikuh. Ia justru mengaku sangat senang bisa bersentuhan langsung dengan mereka yang memang rata-rata dari menengah ke bawah. Sebut saja saat ia mensosialisasikan tentang manfaat dari menabung dengan cara menyisihkan penghasilan yang diperoleh. “Dari situ justru banyak yang menghubungi via WhatsApp, SMS atau telepon untuk bertanya, tidak hanya apa yang saya sampaikan, tapi juga bertanya tentang banyak hal di luar topik itu. Bagi saya, ini sangat menyenangkan dan bukan merepotkan. Ini merupakan bagian dari pelayanan saya bisa menceritakan tentang kebaikan Tuhan kepada mereka,” tukasnya.
Menurut anggota jemaat di GBI Kamboja, Depok, Jawa Barat, ini pelayanan tidak harus berada di atas mimbar gereja, melainkan melalui profesi dengan bekerja penuh kesungguhan, jujur dan tidak kompromi terhadap dosa. Sebab, masih menurutnya, secara tidak langsung kita sedang mempertontonkan karakter Kristus lewat tindakan, perkataan dan buah pikiran kita kepada orang banyak. “Seperti yang dikatakan di Kolose 3:23, apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia,” katanya semangat.
Menjadi surat terbuka dan saksi Kristus di mana pun ia berada, bukan hal yang gampang bagi perempuan peraih gelar Doktor di bidang Sumber Daya Manusia dari Institut Pertanian Bogor tahun 2016 itu. Apa yang diperlihatkan melalui gaya hidup sehari-hari, baik di tengah keluarga, kantor, pergaulan maupun masyarakat merupakan pengalaman rohaninya bersama Tuhan.
Dan Doctor of Ministry dari Sekolah Tinggi Teologia IKAT ini tidak bisa melalui hari lepas hari jika tidak membenamkan diri sejenak bersama Tuhan dalam mezbah pribadinya. “Dalam renungan pribadi itu ada banyak hal yang Tuhan singkapkan, dan itu bisa mengenai apa saja. Di situ saya tidak hanya diberikan kepekaan dalam mendengar suara Tuhan, tapi juga diberi hikmat marifat dan pewahyuan dari Allah. Sehingga dalam setiap melakukan pekerjaan, Roh Kudus membimbing hingga saya bisa menuntaskannya dengan baik,” cetusnya.
Bukan berarti pula tidak ada pergumulan berarti dalam kehidupannya. Kalau sampai sekarang ia dan suami belum memiliki keturunan, tidak serta merta itu menyurutkan iman percayanya kepada Tuhan Yesus. Justru ia semakin percaya bahwa rencana indah dari Tuhan bagi dirinya dan suami tercinta akan tergenapi seperti yang terkandung di dalam kebenaran firman Tuhan. Kini hari demi hari dilaluinya dengan penuh sukacita. Ia tidak akan pernah lupa saat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan untuk pertama kali saat duduk di bangku kuliah tahun 1985 silam.
Ketika itu, Ida menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi yang mengubah kehidupannya. Hal itu membuatnya semakin bertumbuh di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pengenalan akan Tuhan telah ditanamkan sejak kecil oleh ibunya yang mengajarinya agar tidak lupa berdoa dalam segala situasi dan kondisi. Bagi Ida, sukses adalah dapat melakukan seluruh ketetapan Allah dan memuliakan namaNya.
Kemapanan hidup yang kini bisa dinikmatinya semata-mata adalah anugerah dari Tuhan yang ia nikmati dengan bijaksana. Tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk sesama. Salah satu keinginan luhurnya, yaitu ingin membuat sebuah tempat bagi orang miskin, dan di situ ia dapat mengajari mereka, mulai dari Bahasa Inggris, membangun karakter orang yang cinta akan Tuhan atau keterampilan lainnya bersama-sama dengan suami tercinta sebagai wujud pelayanan bagi kemuliaan namaNya.