Moderasi Beragama Munculkan Kesadaran untuk Saling Menghargai

31
Acara yang diadakan bersama tokoh lintas agama di KWI, Jakarta, pada 15 Mei 2024.
Narwastu.id-Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Pdt. Gomar Gultom, M.Th., mengatakan, kehadiran moderasi beragama yang dikembangkan oleh Dr. Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI sebelumnya, sangat membantu untuk saling memahami dan menghargai keberagaman. Dengan adanya penghargaan terhadap keberagaman memunculkan kesadaran baru untuk bekerjasama yang lebih baik lagi.
“Kita dibantu sekarang ini oleh adanya moderasi beragama yang dikembangkan oleh Menag sebelumnya, Lukman Hakim. Perbedaan tentu ada, karena memang teks dan tradisi yang kita miliki, kita baca secara berbeda. Setiap orang punya tafsir yang berbeda, bahkan dari mazhab dan denominasi yang sama. Penghargaan terhadap keberagaman itu memunculkan kesadaran baru, bahwa di sebelah bisa juga ada kebenaran, saya juga bisa salah, dan ini memungkinkan kita masuk ke dalam kerjasama-kerjasama yang lebih baik,” ujarnya dalam seminar “Refleksi: Berjalan Bersama dalam Keberagaman” yang diadakan oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), di Jakarta, pada Rabu, 15 Mei 2024.
Lebih jauh dijelaskan, belakangan ini memang muncul semacam kebuntuan institusional dalam gerakan oikoumene di mondial. Sebagai contoh dalam lingkungan WCC yang tidak bisa merepresentasikan seluruh umat Kristen di dunia, demikian pula dengan PGI. “PGI tidak bisa mengklaim merepresentasikan umat Kristen se-Indonesia. Beda dengan KWI, yang bisa mengklaim merepresentasikan umat Katolik seluruh Indonesia. Meski muncul semacam kebuntuan institusional, tapi dalam gerakan bersama PGI-KWI kita tidak bisa terjebak dalam kebuntuan institusional itu,” tukasnya.
Menurut Pdt. Gomar Gultom, sekarang dikembangkan dua arah baru dalam gerakan oikoumene.
Pertama, de-institusionalisasi. Kita bisa berjalan bersama, lepas dari persoalan institusi-institusi. Kedua, oikoumene in action. Kita bergerak tidak dalam dogma dan tradisi, melainkan dengan karya nyata. “Dalam dua arah yang dikembangkan ini, di situ pasti kita bisa bertemu, dan itu yang terjadi selama ini, baik dalam perjalanan bersama PGI dan KWI,” ungkapnya.
Sebab itu, lanjut Ketum PGI, hal itu pula yang menjadi harapan ke depan, dan sebagai institusi, maupun sebagai satu tubuh Kristus, tidak menghalangi kita untuk bekerja, dan berkarya yang sama di bumi Indonesia ini.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan, sebuah perbedaan dalam keberagaman harus diubah menjadi suatu kekuatan, jangan sampai karena perbedaan menjadi faktor destruktif yang bisa menghancurleburkan bangsa Indonesia.
“Sudah sepatutnya kita sebagai umat beragama untuk memproses sebuah perbedaan menjadi kekuatan bersama dalam membangun bangsa,” tuturnya.  Syafiq menuturkan, jika Muhammadiyah sebagai ormas berjalan sendirian, dan umat Islam berjalan sendirian, tentu tidak akan kuat dalam menyangga beban dari bangsa ini. “Kalau kita bersatu maka ada harapan ,kita bisa memberi peran yang lebih kuat lagi untuk menjadikan Indoensia menjadi negara yang adil, Makmur, sejahtera dan berkeadilan,” tegas Syafiq. KL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here