Narwastu.id – Markus 16:20, “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”
Tuhan Yesus mempunyai satu berita yang secara konsisten Dia beritakan sejak awal pelayananNya di Galilea, sampai dengan saat-saat terakhir sebelum Dia terangkat ke sorga. Setelah kebangkitanNya dari kematianNya, maka Ia tidak langsung meninggalkan dunia ini, melainkan berkali-kali menampakkan diriNya selama empat puluh hari kepada orang banyak dan dengan banyak tanda ajaib yang menyertai, Dia berbicara kepada orang banyak itu tentang kerajaan Allah. Ada cerita yang menarik yang perlu kita ketahui pada saat-saat terakhir, yaitu mengenai ketidakpercayaan yang begitu melekat di hati murid-murid. Sesaat sebelum Tuhan Yesus memberikan amanat agungNya, Alkitab mencatat mengenai keragu-raguan yang menyelimuti para murid, Matius 28:17, “ Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” Kemudian di Kitab Markus lebih tegas lagi dikatakan, mereka semuanya tidak percaya sehingga Tuhan Yesus mencela ketidakpercayaan mereka, Markus 16:14, “Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya.” Informasi ini sangat penting kita ketahui supaya kita bisa mengerti bahwa perintah untuk memberitakan Injil Kerajaan adalah bukan semata-mata mengenai kesiapan kita tetapi lebih dari itu adalah mengenai ketaatan kita untuk menjadi pelaku Firman. Memberitakan injil adalah termasuk salah satu perlengkapan senjata rohani dari Allah yang harus kita miliki, Efesus 6:15, “Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.”
Ketika kita mempercayai perkataan Tuhan, maka itu disebut kita beriman, tetapi kebimbangan bisa muncul bersamaan pada saat kita beriman dan hal itulah yang membahayakan kita. Tuhan Yesus berkata, kita hanya memerlukan iman sebesar biji sesawi saja untuk memindahkan gunung asal tidak bimbang, melainkan hanya percaya saja (Markus 11:23).
Jadi masalah kita yang sesungguhnya bukanlah iman kita, tetapi kebimbangan atau ketidakpercayaan yang muncul bersamaan pada saat kita mau mempercayai Tuhan. Setiap kita harus berusaha untuk melenyapkan kebimbangan melalui pembaharuan pikiran di dalam Firman Allah setiap hari. Karena kebimbangan kita sama sekali tidak membuktikan bahwa Firman Tuhan gagal. Sebagai contoh ketika murid-murid Tuhan gagal menyembuhkan seorang anak yang sakit ayan yang dibawa kepada mereka untuk disembuhkan. Padahal sebelumnya, para murid Tuhan ini diberi kuasa untuk menyembuhkan segala penyakit dan mengusir setan dan mereka berhasil. Tetapi mengapa kemudian mereka gagal untuk menolong seorang anak yang sakit ayan ini. Ditambah lagi mereka larut di dalam perdebatan dengan ahli taurat (Markus 9:14). Akhirnya, sewaktu Tuhan Yesus turun tangan, maka anak itu dapat disembuhkan sekaligus membuktikan bahwa kegagalan murid-murid tidak berarti Tuhan juga gagal di dalam FirmanNya.
Contoh lain lagi mengenai bahaya ketidakpercayaan di dalam diri seseorang adalah ketika Petrus berjalan di atas air. Hanya sesaat setelah Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, “Datanglah!”, maka iman Petrus bangkit dan ia dapat berjalan di atas air seperti Yesus, tetapi ketika dirasakannya tiupan angin maka ia mulai takut dan perlahan-lahan tenggelam padahal tiupan angin itu sudah ada dan tetap ada sejak semula. Ketika Petrus berteriak minta tolong, maka Tuhan Yesus menjawab, ”Segera Yesus mengulurkan tanganNya, memegang dia dan berkata: ‘Hai orang yang kurang percaya (O Thou of little faith), mengapa engkau bimbang?” Kita lihat dalam cerita ini bahwa iman yang kecil (little faith) telah dapat membuat Petrus memulai sesuatu yang ajaib, yaitu berjalan di atas air seperti Tuhan Yesus.
Jadi benarlah bahwa Petrus hanya memerlukan iman yang kecil untuk dapat melakukan perintah Tuhan agar dapat berjalan di atas air. Tetapi kemudian kita lihat perkataan Yesus selanjutnya, mengapa engkau bimbang? Kebimbangan inilah yang membuat Petrus perlahan-lahan mulai tenggelam. Kebimbangan atau ketidakpercayaan ini sangat mengganggu iman kita, dan satu-satunya cara untuk kita tetap kuat di dalam iman adalah tetap menjadi pelaku Firman. Jangan pernah berhenti percaya jika kita tidak mau kandas di dalam pengharapan. Kita pasti yakin bahwa Tuhan Yesus tidak berenang di laut untuk menolong Petrus pada waktu itu, tetapi Ia mengangkat Petrus untuk kembali berjalan di atas air bersama Dia untuk masuk ke dalam perahu, itulah janji Tuhan Yesus kepada murid-murid juga kepada kita yaitu, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yohanes 15:7).”
Kita bisa mengerti mengapa Tuhan Yesus tetap memberikan perintah amanat agungNya kepada murid-murid sekalipun mereka semua pada saat itu masih terguncang imannya, dan ada di dalam ketidakpercayaan. Ketaatan akan Firman adalah kunci yang penting untuk menjadi pelaku Firman, karena Tuhan Allahlah yang akan melakukan semuanya di dalam kita asal kita mau taat. Selanjutnya dampak dari pemberitaan Injil itu dicatat di dalam Kitab Markus 16:20, “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan Firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Kita lihat bahwa Tuhan turut bekerja untuk meneguhkan FirmanNya dengan tanda-tanda, bukan meneguhkan murid-murid, bukan meneguhkan para rasul, nabi, atau gembala.
Bahkan, setiap jemaat Tuhan yang juga masuk ke dalam lima jawatan gereja karena setiap jemaat Tuhan juga mendapatkan perintah untuk memberitakan Injil dan mengajarkannya, tetapi sekali lagi yang Tuhan Allah teguhkan adalah FirmanNya dan bukan para penginjil atau para pengajar saja. Jadi kalau kita tidak mempunyai kerelaan untuk memberitakan Injil kerajaan, maka Tuhan Allah tidak bisa meneguhkan apa-apa. Tanpa mengecilkan arti doa bersama, jikalau umat Tuhan hanya sibuk berkumpul dan berdoa tetapi secara individual kurang berani dalam memberitakan Injil, kurang berani menyembuhkan orang sakit, melepaskan mereka yang terikat, dan lain sebagainya seperti yang terdapat dalam amanat agung, maka tidak akan ada tanda-tanda yang menyertai sebagai bukti bahwa Tuhan Allah meneguhkan.
Sekarang ini sudah banyak “analisa market target penginjilan” yang dilakukan, sehingga muncullah istilah generasi milenial, generasi digital, dan lain sebagainya. Di lain pihak juga ada analisa mengenai penurunan jumlah kekeristenan atau kondisi spiritual kekeristenan dalam suatu negara yang bertujuan untuk memberi masukan dan meningkatkan kesiapan gereja-gereja serta mendorong agar meningkatkan kualitas kepemimpinan gereja-gereja. Maka tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras studi analisa yang sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga Kristen, ini bukanlah sekadar soal siapa target penginjilan dan pelaku penginjilan tetapi lebih kepada kerinduan Allah untuk mengkonfirmasi setiap pemberitaan FirmanNya. Tidak peduli kepada kelompok seperti apa FirmanNya itu disampaikan, karena FirmanNya sanggup mentransformasi apapun dan siapapun yang menjadi target pemberitaanNya.
Yesaya 55:11, “Demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: Ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Telah tercatat di dalam sejarah bahwa tidak ada yang bisa bertahan jika Firman Allah diberitakan di manapun di seluruh muka bumi. FirmanNya telah masuk ke berbagai budaya manusia dan sanggup mengubahkan segala sesuatu menjadi semakin baik. Kita tidak perlu terlalu khawatir akan hambatan ataupun penurunan jumlah orang kristen di manapun, justru kita harus waspada jika hati yang rela untuk memberitakan Injil yang akan disertai dengan tanda-tanda itu menjadi semakin jarang. Karena selama masih ada anak-anak Tuhan yang mau taat, maka mudah bagi Tuhan Allah untuk mendemonstrasikan kuasaNya, dan ketaatan yang penuh kuasa hanya muncul dari pribadi-pribadi yang bergaul erat dengan Tuhan Allah dan berada di bawah pelayanan di mana fungsi lima jawatan berjalan dengan baik dalam setiap gereja lokal.
Jadi yang akan menggerakkan mereka bukanlah analisa-analisa buatan manusia. Melainkan perjumpaan pribadi dengan Roh Tuhan Yesus sendiri, seperti yang terjadi dengan wanita Samaria yang bertemu dengan Tuhan Yesus di pinggir sumur, yang kemudian pergi dengan sukacita ke kota untuk memberitakan tentang Mesias. Demikian juga yang terjadi dengan dua orang murid yang berjalan dari Yerusalem ke Emaus, lalu bertemu dengan Tuhan Yesus dan setelah itu berjalan kembali ke Yerusalem untuk memberitakan bahwa Tuhan telah bangkit. Puji Tuhan, bahwa Tuhan Yesus sudah memegang pemerintahan di sorga dan di bumi, tetapi Yesus Kristus kepala gereja itu memerintah bersama gerejaNya yang ada di muka bumi ini. Karena itu, marilah kita gerejaNya bangkit dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah di dalam Kristus karena hanya itulah satu-satunya cara untuk kita mengambil bagian dalam kodrat kita yang ilahi (2 Petrus 1:2-4). Hidup sebagai Kristen bukanlah sesuatu yang sulit, tetapi lebih dari pada itu kekristenan adalah kehidupan yang mustahil tanpa Roh Allah. Tetapi kabar baiknya adalah Allah selalu beserta kita. Dialah Allah Imanuel. Oleh karena itu, beritakanlah Injil kerajaan, sembuhkan yang sakit, lepaskan yang terikat, dan Tuhan akan meneguhkan FirmanNya dengan tanda-tanda yang menyertai. Amin.
* Penulis adalah Gembala Cibubur City Blessing, Sahabat NARWASTU dan anggota Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Inspiratif Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU).