Godaan, Iman dan Ibadah Puasa

* Oleh: Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom., C.AC., C.PS., C.STMI

69
Narwastu.id-Ada yang berbeda saat kita menjalankan ibadah puasa dengan nazar dan dengan ibadah puasa yang setiap tahun dilaksanakan oleh saudara kita umat beragama Islam. Suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat untuk menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Tentu tidak mudah melewati puasa yang penuh kesucian dan kuat dengan godaan. Godaan membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Godaan tersebut mesti dilawan dengan iman. Kalau iman lemah maka akan jatuh ke dalam dosa. Artinya puasa yang niatnya dapat diselesaikan sehari penuh bisa gagal dengan godaan yang selalu merangsang kenikmatan manusia untuk terus jatuh dalam dosa.
Iman merupakan kepercayaan yang dipercayai oleh seseorang yang berkenaan dengan agama, keyakinan maupun kepercayaan kepada Tuhan, nabi, kitab dan sebagainya. Dalam ajaran agama Islam, iman berarti kepercayaan, keyakinan kepada Allah, nabi-nabi-Nya serta Kitab Al’Quran. Tetapi iman di Kristen dalam sebuah artikel yang termuat di Alkitab Sabda termuat bahwa iman adalah percaya. Iman adalah karunia Allah, yang dikerjakan di dalam hati oleh Roh Kudus, yang menghidupkan dan memandu semua kemampuan kita menuju satu tujuan.
Kita harus berdoa untuk memiliki iman, dan tekun berdoa supaya iman kita bertumbuh. Iman kita juga akan diperkuat dengan selalu mengingat janji-janji Yesus Kristus, yang berulangkali diucapkan bahwa doa-doa kita kepada Bapa, dalam namaNya, pasti akan dijawab kalau kita memintanya dengan iman, dan percaya sewaktu kita memintanya. Tuhan selalu menyediakan apa yang kita butuhkan dan apakah kita sudah merefleksikan diri kita bahwa Tuhan Maha Baik, Tuhan yang selalu peduli dengan segala kekurangan kita. Tetapi apakah kita sadar di saat godaan itu datang mengganggu iman kita, di saat kita haus dan lapar dengan apa yang kita butuhkan.
Ketika iblis datang di situlah kita sedang diuji iman kita. Karena selama menjalankan puasa kita harus bisa menahan emosi, menahan lapar, haus dan banyak lagi yang mengganggu kita. Sudah sehatkah iman kita? Sudah bisakah kita berbagi kepada orang lain atas makna puasa yang berlandaskan iman. Mari kita menjalankan puasa dengan hati yang bersih, dan terlebih kita harus memiliki kesehatan hati yang tulus memaafkan orang lain, yang sudah menyakiti hati kita. Karena dengan memaafkan, maka selama puasa kitapun sudah memiliki hati yang sehat. Tidak sulit kan? Semua tergantung kita bukan orang lain.
* Penulis adalah pemerhati sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta dosen Ilmu Komunikasi. Tinggal di Kota Bekasi, Jawa Barat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here