Keberhasilan di Tengah-tengah Ketidakpastian

* Oleh: Pdt. Dr. Tjepy Jones B., M.Sc

59

Narwastu.id-Matius 1:23, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita.”

Kehidupan seorang Kristen bukanlah sekadar hidup beragama, sekalipun sebutan agama Kristen itu pasti melekat kepada setiap pemeluknya. Tetapi lebih daripada itu menjadi Kristen berarti hidup di dalam suatu kehidupan ilahi yang disebut Kristus. Alkitab berkata, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan, sebab itu bagi kita hidup adalah Kristus. Ini adalah suatu kehidupan sebagai anak-anak Allah yang telah dilahirkan dari Firman Hidup (1 Petrus 1:23), serta terus-menerus dalam setiap waktu belajar sebagai murid Tuhan. Pertanyaan yang sering kali muncul adalah, bagaimana mungkin kita hidup 24 jam di dalam Kristus Yesus.

Tentu itu adalah pilihan setiap kita. Kalau setiap hari pikiran kita dapat dipenuhi oleh beban pekerjaan dan segala permasalahan yang kita hadapi sehari-hari, maka kita pun dapat “membebani” pikiran kita setiap hari dengan Firman Allah yang kita baca di dalam Alkitab. Bukankah Alkitab juga berkata dalam Yosua 1:8, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Kita tahu bahwa setiap kita ingin meraih keberhasilan dalam segala yang kita kerjakan, dan itulah salah satu sebab mengapa kita begitu dibebani di dalam pikiran kita dengan segala sesuatu yang kita hadapi sehari-hari, padahal Alkitab memberikan nasihat yang mudah untuk membuat perjalanan hidup kita berhasil, yaitu memenuhi pikiran kita dengan Firman Tuhan. Karena Firman Tuhan itu bukan hanya teks saja melainkan Firman itu adalah Allah sendiri (Yohanes 1:1).

Definisi keberhasilan yang Alkitab berikan sangat bertolak belakang dengan definisi keberhasilan yang ada di dunia ini. Alkitab mendefinisikan hidup yang berhasil adalah hidup dalam penyertaan Tuhan Allah, di Kitab Kejadian 39:2a, “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya…” Hal ini berarti keberhasilan menurut Allah adalah, kalau kita hidup dalam fellowship dengan Allah kita dan bukan sekadar relationship, karena setiap kita yang sudah lahir baru tentu mempunyai relationship dengan Allah, tetapi untuk ber-fellowship memerlukan komitmen dan disiplin.

Di bagian lain Alkitab juga mencatat bahwa keberhasilan itu adalah kalau Firman Allah menjadi kenyataan di dalam hidup setiap anak-anakNya, 1 Samuel 3:19, “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satupun dari firmanNya itu yang dibiarkan-Nya gugur.” Jadi penyertaan Tuhan adalah kunci keberhasilan bagi kita, bukankah Alkitab juga berkata dalam Roma 8:14, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”, dan tentu Allah ingin setiap anak-anakNya berhasil di dalam setiap bidang kehidupan. Allah selalu ingin mengajari kita di dalam setiap langkah hidup kita, Yesaya 48:17, “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: ‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah (KJV: profit), yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Bahkan, Allah sendiri yang berkepentingan membuat telinga kita menjadi tajam untuk mendengarkan suaraNya, Yesaya 50:4b, “…Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”

Di dalam Kitab Ibrani 13:5, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Janji Allah ini didahului dengan peringatan agar kita jangan menjadi hamba uang, mengapa? Satu-satunya yang menjadi pesaing Allah di mata kita adalah uang, dan Tuhan Yesus pernah mengingatkan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, lalu Tuhan Yesus menyebut kedua tuan itu adalah Allah dan satunya lagi adalah mamon.

Jangan kita salah paham, bahwa kita perlu uang dan dengan uang kita bisa berbuat banyak hal. Tetapi sekali mata kita terfokus hanya kepada mencari uang, maka hidup kita akan merosot tanpa kita sadari, sebab kita sudah diperhamba olehnya. Uang sendiri bukanlah masalah, bahkan dalam banyak hal uang sangat membantu kita, tetapi cinta uang adalah akar segala kejahatan (1 Timotius 6:10). Kitab Pengkhotbah memberikan suatu pernyataan yang menarik untuk kita renungkan. Dalam Kitab Pengkhotbah 7:12, “Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.” Kita harus pahami betul bahwa bagi kita yang hidup di dalam Perjanjian Baru, maka hikmat kita adalah seorang Pribadi, yaitu Kristus Yesus, hal ini ditulis dalam 1 Korintus 1:30, “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita.”

Jadi sekalipun hikmat dan uang sama-sama memberi perlindungan kepada kita, tetapi ada perbedaan yang jelas sekali di antara keduanya. Hikmat selalu memelihara hidup, dan di dalam terjemahan aslinya dikatakan bahwa hikmat memberi hidup kepada yang mencarinya, berarti sebaliknya, mencari uang akan “menghisap” atau menggerogoti kualitas kehidupan kita. Yesus Kristus pernah berkata bahwa kedatanganNya adalah untuk memberi kita hidup, dan Dia ingin kita memiliki hidup ini dalam berkelimpahan. Lalu Yohanes 6:63 berkata, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Allah selalu mensuplai kita anak-anakNya dengan FirmanNya secara berkelimpahan, Yohanes 3:34, “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya (FirmanNya) dengan tidak terbatas.”

Jadi kalau Allah memberikan FirmanNya dengan tidak terbatas, maka kita akan menerima Firman itu juga dengan tidak terbatas/berkelimpahan. Seberapa besar kita mengalami kelimpahan akan kebenaran Firman Tuhan yang tak terbatas itu, tergantung seberapa besar keinginan kita untuk membuka hati untuk menyimpan FirmanNya di dalam hati kita. Jadi jangan pernah kita memperhamba diri dengan mencari uang, tetapi bertekunlah di dalam membaca Firman Allah setiap hari, karena Firman Allah akan selalu memberi hidup kepada setiap kita yang mencarinya, sekaligus memberi keberhasilan di dalam segala yang kita lakukan.

Konsep lama yang berkata bahwa kita harus mencari hadirat Allah agar dapat bergaul dengan FirmanNya sudah tidak berlaku lagi saat ini. Karena barangsiapa yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan, maka dia menjadi satu roh dengan Kristus. Sekarang ini adalah waktu bagi kita untuk dapat menyembah Allah dalam roh dan berkomunikasi dengan Allah di manapun kita berada, bahkan sekalipun kita ada di tengah hiruk pikuk yang ada di sekitar kita. Hadirat Allah tetap melingkupi kita, karena seperti yang tertulis di dalam Kolose 3:3, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Kita tidak usah ragu lagi bagaimana kita bisa mendatangkan hadiratNya untuk kita masuki, karena hadiratNya selalu ada bersama kita. Di dalam Kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, setiap kali Alkitab menulis tentang hadirat Allah, maka kata yang dipakai selalu kata “wajah Allah”, sehingga wajah Allah adalah juga berarti hadirat Allah. Dalam Kitab Yehezkiel 39:29, ”Aku tidak lagi menyembunyikan wajahKu terhadap mereka, kalau Aku mencurahkan RohKu ke atas kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” Sekarang pencurahan Roh Kudus sudah terjadi sejak zaman Kisah Para Rasul, maka sejak saat itu hadirat Allah tidak lagi tersembunyi bagi umat manusia. Setiap orang yang berseru akan nama Tuhan akan diselamatkan dan menerima Roh Kudus sebagai meterai keselamatan (Efesus 1:13), kemudian kita dipindahkan dari kerajaan gelap kepada kerajaan anakNya yang Kekasih (Kolose 1:13).

Jadi menurut ayat-ayat Alkitab di atas adalah kurang tepat kalau kita mencari wajah Allah di dalam hubungan pribadi kita dengan Allah kita, karena Allah tidak akan pernah lagi menyembunyikan wajahNya atau hadiratNya dari kita. Sebaliknya yang perlu kita lakukan adalah kita harus sadar akan Kebenaran Roh Allah yang ada di dalam kita. Roh kebenaran ada di dalam kita dan akan selalu mengajari kita akan segala sesuatu (Yohanes 14 :26). Di bagian lain Alkitab, juga menulis bahwa setiap kita memiliki pengurapan yang tinggal tetap di dalam kita, dan pengurapan itu mengajar kita akan segala sesuatu. Jadi Roh Kudus adalah pengurapan kita yang siap mengajar kita akan segala sesuatu.

Sekarang kita memiliki kepastian di dalam Allah bahwa Dia menginginkan setiap anak-anakNya mengalami keberhasilan di tengah-tengah segala ketidakpastian yang mengelilingi kehidupan anak-anakNya. Karena kehadiranNya di dalam hidup setiap anak-anakNya adalah jaminan keberhasilan itu sendiri. Karena itu, mari kita semua bangkit dengan kesadaran penuh bahwa Allah akan membuat segalanya menjadi lebih baik di dalam Kristus Yesus bagi mereka yang mengasihiNya. Yang kita perlukan dalam kehidupan mengikut Yesus bukanlah sekadar revival atau kebangunan rohani, tetapi yang sangat mendesak adalah, kita perlu merelakan pikiran kita untuk ditransformasi oleh Firman Allah. Karena hanya itulah satu-satunya cara kita mengenal kehendak Allah yang sempurna (Roma 12:2), dan kemudian hidup di dalam kemuliaanNya. Kita perlu yakin betul bahwa Yesus Kristus yang adalah kehadiran Allah di dalam diri kita sebagai hal yang nyata. Karena hanya mereka yang yakin teguh bahwa dirinya dan Kristus Yesus adalah satu roh, maka mereka inilah yang akan tahan uji didalam setiap gelombang kehidupan. Amin.

* Penulis adalah Gembala Jemaat Cibubur City Blessing dan kolomnis Majalah NARWASTU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here