Pdt. Richard Manawan Alami Penyertaan Tuhan di Daerah Terpencil di Kalimantan Barat

77
Pdt. Richard Manawan setia melayani di daerah pedalaman Kalimantan.

Narwastu.id – Melayani di daerah terpencil, dan jauh dari perkotaan bukanlah perkara yang mudah bagi Pdt. Richard Manawan. Sempat mangkir dari panggilan yang Tuhan inginkan, hingga ia memutuskan untuk berdamai dan taat kepadaNya. Kendati demikian, tak berarti lepas dari kesulitan, namun justru di situlah Richard mengalami penyertaan Tuhan yang luar biasa. Dia melayani di GBI (Gereja Bethel Indonesia) Balai Berkuak, Balai Pinang, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Lokasi pelayanan Pdt. Richard Manawan itu belum tersentuh oleh jaringan listrik, sinyal telepon atau internet, bahkan prasarana jalan sangat buruk. Dari segi pendidikan masyarakat setempat sama sekali belum mengenal baca tulis, termasuk fasilitas kesehatan belum memadai. Melihat kondisi tersebut pendeta yang memiliki tiga putri ini pun membuka tempat untuk menampung anak-anak dari pedalaman yang notabene kesulitan ekonomi, seperti yatim piatu.

“Waktu pertama kali masuk daerah ini, sebetulnya saya hanya memantau dan melihat-lihat. Namun, di sini ternyata kebutuhan masyarakat dalam sisi pelayanan secara sosial dan gereja itu sangat sulit. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk tinggal, sebab gerakan Tuhan untuk menolong mereka itu terlalu tinggi. Saya pikir itu belas kasihan yang Tuhan taruh, dan itu menjadi panggilan saya untuk ada di sini,” jelas Pdt. Richard di awal percakapannya dengan Majalah NARWASTU. Pdt. Richard sempat undur dari panggilannya itu walaupun ia akhirnya kembali untuk misi yang Tuhan telah tetapkan dalam hidupnya. Pendeta lulusan STT Petamburan, Jakarta, ini pun terus bergerak guna menjangkau masyarakat tertinggal melalui berbagai kegiatan sosial. Mulai dari membagi-bagikan baju layak pakai dan mengajar membaca dan menulis, terutama untuk para orangtua. Kian hari pelayanannya kian berkembang, sehingga mampu membuka beberapa gereja yang hari ini tercatat ada 18 gereja.

“Semua ini agar lebih berdampak ke masyarakat, khususnya masyarakat Dayak. Sebelumnya kami bekerjasama dengan gereja lain, tapi kesulitan dalam mengirim misionaris, mengingat kehidupan di sini cukup sulit,” ujarnya.  Untuk menanggulangi hal itu, pria kelahiran Manado ini pun membuat sebuah sistem yang menjadi sentral pelayanan di kecamatan. Hal itu bertujuan apabila ada hamba Tuhan yang menggembalakan di pedalaman, dan merasa tidak mampu berada di dalam bisa kembali di base yang telah disediakan. Selain itu, diberlakukan sistem rolling agar membuat mereka nyaman dan terhindar dari rasa jenuh di satu tempat. Selain itu, dilaksanakan perawatan misionaris dengan mengunjungi mereka secara rutin.

Pdt. Richard Manawan seorang hamba Tuhan yang humanis.

“Di dalam sana (Ketapang dan Sanggau, Kalimantan Barat) banyak pendeta yang melayani, tetapi mereka tidak punya generasi yang akan melanjutkan. Padahal banyak gereja, namun tidak ada pelayan Tuhan. Jadi kami mencover beberapa tempat dengan mengunjungi mereka secara rutin. Mereka sampai meneteskan air mata. Karena sudah bertahun-tahun di sana, tidak ada yang mengunjungi mereka,” jelas Pdt. Richard

Selama 7 tahun perintisan pelayanan di sana terdapat 86 orang yang terdiri dari anak asrama berikut kakak pembina. Karena minimnya sarana dan prasarana serta medan yang sulit, maka anak-anak difokuskan untuk menempuh pendidikan di sekolah negeri di kecamatan. Pdt. Richard menuturkan, dirinya memiliki goal agar putra putri daerah di sana bisa mengembangkan daerahnya sekaligus menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Pdt. Richard Manawan setia menginjili warga di daerah terpencil di Kalimantan.

“Di tempat itulah akan ada misionaris-misionaris untuk bisa memenangkan daerah-daerah yang lebih dalam lagi,” ucapnya dengan mimik serius. Berbagai kendala sudah pasti dihadapi oleh pendeta yang pernah bersekolah di STPB ini. Maklumlah, lokasi pelayanannya itu wilayah yang cukup kuat dengan okultisme. ”Saya sering berhadapan dengan dukun-dukun, dan yang paling kuat tantangannya itu. Karena berhadapan dengan orang-orang yang belum percaya Tuhan,” ungkap Pdt. Richard. Kendati demikian, tanpa ingin mengecilkan kondisi yang ada, bagi Pdt. Richard, justru tantangan dalam perintisan pelayanannya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, baik secara rohani dan jasmani. Pdt. Richard mengatakan, masyarakat di sana mencari makan hanya untuk hari ini, dengan mencarinya di hutan. Mereka sama sekali tidak memikirkan untuk menyolahkan anak, menabung dan sebagainya.

Di tengah kondisi yang sulit itu, Pdt. Richard justru menyaksikan dirinya kerap merasakan mukjizat yang tidak terduga dari Tuhan. Ketika itu, ia berhadapan dengan roh-roh jahat atau okultisme dan pernah mengalami kecelakaan. Pdt. Richard merasa tangan Tuhan menariknya, sehingga ia tidak jatuh. Kesaksian lainnya adalah situasi yang selalu dialami dalam pemenuhan kebutuhan di dalam pelayanan, seperti harus memberi makan ratusan orang termasuk orang yang sakit kusta. “Tuhan selalu mencukupkan di tengah-tengah ketidakmampuan kami. Nah, ini yang selalu kami alami dan saya merasa bahwa melayani di tengah ketidakmampuan di situlah Tuhan menolong kita,” terangnya semangat.

Dari pelayanan yang ia lakukan, Pdt. Richard senantiasa berharap agar pemberitaan Injil bisa terus dilakukan di daerah tersebut. Dia ingin agar orang-orang di sana bisa melayani dan mengembangkan daerahnya sendiri. “Kami akan menjangkau wilayah ini maupun tempat lain, yakni perbatasan Ketapang dengan Kalimantan Tengah. Tidak menutup kemungkinan juga akan masuk ke Papua,” katanya. BTY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here