Narwastu.id-Rocky Gerung buat heboh. Statement nyeleneh dan kelewatan dari pria kelahiran Manado, 20 April 1959 yang berujar Jokowi sebagai “bajingan tolol” sekaligus “pengecut” menuai reaksi dari para relawan dan banyak pihak untuk mempolisikan akademisi sekaligus pengamat politik itu. Kejadian tersebut berawal saat pria yang dikenal sebagai filsuf itu berorasi di sebuah forum buruh di Bekasi, Jawa Barat. Ia mengkritik proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Rocky menilai Jokowi berupaya mempertahankan IKN untuk sebuah warisan sebagai seorang kepala negara. “Begitu Jokowi kehilangan kekuasaannya, dia jadi rakyat biasa, enggak ada yang peduli nanti. Tetapi, ambisi Jokowi adalah mempertahankan legasinya, dia masih pergi ke Cina buat nawarin IKN,” ucap Rocky seperti dikutip dari video yang sempat diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Rupanya aksi dari pendiri Setara Institute dan Fellow pada Perhimpunan Pendidikan Demokrasi tidak cukup sampai di situ. Dengan penuh semangat ia mengatakan, menjelang Pemilu 2024 Jokowi yang mantan Walikota Solo itu sibuk mondar-mandir dari satu koalisi ke koalisi lainnya guna mencari kejelasan nasib legasinya. Sehingga dianggap hanya memikirkan nasibnya sendiri, bukan kepentingan buruh. “Presiden Jokowi tidak pernah peduli permintaan buruh. Dia berupaya menunda pemilu, karena dia belum dapat kesepakatan dari ketua-ketua partai siapa yang akan melindungi dia ketika lengser,” tukasnya. Mengamati sepak terjang Rocky Gerung itu, justru sama sekali tidak menyiratkan ia sebagai seorang akademisi.
Komentar nyelenehnya lebih ke arah asal bunyi (asbun) dan cari sensasi, namun ia mengklaim bahwa itu adalah bentuk kritikan tajam kepada pemerintah. Jika boleh jujur, itu hanya sebagai pembenaran semata, bukan kebenaran. Rocky lupa kalau ia adalah seorang publik figur, dan tindak tanduk, perkataan dan buah pikiranya disorot banyak orang. Bahkan, dijadikan kiblat atau role model bagi generasi berikutnya. Sebagai akademisi idealnya ia tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga secara emosional, termasuk dalam soal pengendalian diri. Caranya adalah ia mampu menempatkan diri di segala situasi dengan cermat, tepat dan benar.
Salah satu indikasi seseorang dikatakan dewasa dalam pemikiran, selain dapat mengemban tanggung jawab dengan tuntas, hal lainnya adalah berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, bukan sebaliknya. Sebab jika tidak demikian, maka ia seperti seorang anak kecil yang tak stabil dan sibuk mencari identitas diri. Ia nampak pandai dengan mengkritisi berbagai program yang dijalankan oleh Jokowi, namun ia seolah lupa dengan hal-hal yang krusial untuk dikritisi. Contohnya, soal kasus BTS, zonasi dalam sistem pendidikan yang selalu bikin gaduh dan persoalan lainnya.
Dalam hal ini bukan berarti Rocky dilarang untuk berpendapat tentang kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Tidak sama sekali. Karena hal itu pun dijamin oleh UUD 1945. Dia bisa menyampaikan kritikan, gagasan, dan masukan apapun itu kepada pemerintah, asalkan dengan gaya penyampaian yang baik dan sopan. Bukan memaki dengan kasar seperti orang yang tidak pernah mengecap pendidikan. Dampak dari perbuatannya terpantau, sehingga ada sejumlah pihak yang sudah melaporkan Rocky ke kepolisian, setidaknya ada 13 laporan dan 2 aduan yang kini ditangani Bareskrim Polri. Termasuk penolakan di berbagai daerah terus terjadi dengan membatalkan Rocky sebagai pembicara seminar.
Kita tahu bahwa Jokowi adalah simbol negara. Ia punya otoritas untuk mengatur dan menjalankan roda pemerintahan melalui kebijakan yang ada. Sebagai umat Kristiani kita selalu diingatkan oleh firman Tuhan dalam Roma 13:1-2, ”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu, barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.” Jadi jelas suka atau tidak suka, maka kita wajib menghormati pemerintah/seseorang yang memegang otoritas tertinggi. Untuk itulah mengapa kita terbeban terhadap bangsa dan negara dengan senantiasa menaikkan doa syafaat kita baik di gereja, komunitas dan pribadi setiap waktunya.
Salah satu cara menghormati Tuhan adalah dengan menghargai orang lain. Apakah dia adalah pimpinan kita, pasangan, anak bahkan musuh kita sekalipun. Untuk menjaga agar kehidupan kita selaras dengan kehendakNya untuk itulah dibuat norma dan aturan bersama agar ketertiban itu terus terjaga. Sebaliknya, jika kita hidup dengan liar dan seenaknya sendiri, entah lewat perbuatan atau perkataan yang menyinggung perasaan orang lain, maka hal itu sangatlah merugikan. Apalagi, yang melakukannya adalah tokoh masyarakat dengan ilmu/wawasan yang mumpuni, terpandang dengan jabatan/pangkat yang mentereng bahkan punya pengaruh/kuasa dalam membuat kebijakan di negeri ini. Tetap saja semua itu tidak berkenan baik di hadapan manusia dan Allah.
Jika kita ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain, maka kita pun harus perbuat hal yang sama. Seperti yang tertulis dalam Injil Matius 7:12, ”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Taurat dan kitab para nabi.” Ingatlah selalu bahwa selama kita masih hidup di dunia, maka hukum tabur tuai akan terus berlaku. BTY