Narwastu.id – Mengusung tema “MPKW Tangguh, Sekolah Kristen Bertumbuh,” Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I pada 18-20 November 2022 lalu, di Hotel Santika, Kelapa Gading, Jakarta. Dalam sambutannya, Ketua Umum MPK, Handi Irawan D., MBA, M.Com memaparkan, pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir, menunjukkan semakin melebarnya kesenjangan dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Sebanyak 7.000 sekolah Kristen yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, namun 40 persen sekolah Kristen berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Yang menyedihkan adalah tidak banyak stakeholder yang melihat sekolah-sekolah Kristen di Indonesia sedang dalam kondisi tidak baik. Tercatat 40 persen sekolah Kristen mengalami kondisi penurunan, 30 persen stagnan, 20 persen kondisi baik, 10 persen dalam kondisi sangat baik,” jelas Handi Irawan saat pembukaan Rakernas I MPK, pada Jumat, 18 November 2022 lalu.
Handi mengatakan, “Jangan hanya melihat kondisi sekolah Kristen seperti BPK Penabur, Pelita Harapan, IPEKA atau Petra atau Tritunggal di Semarang dan Trimulya di Bandung. Tapi dari 380 sampai 400 yayasan yang jadi anggota MPK sebenarnya kita ada pada posisi yang tidak baik.” Menurutnya, Tuhan juga menambahkan umat Kristen Indonesia 10 tahun terakhir. Pada 2010 penduduk Kristen berjumlah 16.450.000 jiwa. Pada 2020 ada umat Kristen sekitar 20.250.000 jiwa. Ada penambahan hampir 4 juta selama 10 tahun. “Kalau gereja bertumbuh itu sudah pasti. Tapi kenapa sekolah Kristen mengalami kemunduran. Dan mengapa gereja-gereja tidak fokus untuk membangkitkan, mereformasi dan mengubah sekolah-sekolah yang mengalami penurunan agar menjadi baik,” katanya.
Lebih jauh dijelaskan, di Jawa Tengah ada 40 yayasan anggota MPK, namun hanya 15 yang survive. Sisanya (25 yayasan), 5 sampai 15 tahun kemudian akan berguguran. Di Papua ada 1.200 sekolah Kristen, di GMIM ada 1.100 sekolah Kristen, GMIT 500 sekolah Kristen, dan HKBP 101 sekolah Kristen. Jika tidak ada perubahan, Jawa Tengah yang penduduk Kristennya cuma 1,6 persen, Jawa Timur cuma 1,7 persen, Jawa Barat cuma 1,8 persen, pasti akan mengalami penurunan karena pemda tidak bisa membantu. “Tapi kantong-kantong Kristen, seperti Toraja, Poso, Toba, Nias, Mentawai, Papua, Maluku dan Halmahera, pemdanya masih mau membantu sekolah-sekolah Kristen,” paparnya.
MPK yang tahun ini sudah berusia 72 tahun adalah lembaga yang mewadahi sekolah-sekolah Kristen dan diakui oleh pemerintah. MPK memiliki tugas yang sangat besar untuk membantu sekolah Kristen di seluruh Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan. Sementara itu, mewakili Dewan Kehormatan MPK, Mayjen (Purn.) Drs. Christian Zebua, M.M., mengatakan, SDM yang dihasilkan sekolah-sekolah Kristen mampu membangun integritas dan kepribadian agar mereka menjadi tumpuan masyarakat.
Rakernas MPK diikuti 130 orang peserta yang terdiri dari utusan 19 MPKW seluruh Indonesia. Saat pembukaan, turut hadir MPH-PGI, di antaranya Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn F. Manuputty yang hadir secara virtual, Ketua Umum PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang, serta sejumlah peninjau dari lembaga mitra seperti Family First Indonesia, Sinode GBI, Sinode Kalam Kudus, YKKI, IFCE, Thrid Mill, dan UPH. KL