Narwastu.id – Bertempat di Kantor PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) Jakarta, pada Selasa 31 Mei 2022, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, M.Th menerima kunjungan KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan rombongan. Jenderal yang dikenal Pancasilais, cerdas dan berani ini didampingi oleh Brigjend TNI Irnando Sinaga, Waasops Kasad Bidang Siapops dan Brigjend Donni Hutabarat, Waaster KSAD Bidang Wanmil dan Kermater. Pdt. Gomar Gultom yang didampingi sejumlah pengurus PGI dalam sambutannya mengapresiasi kedatangan mantan Pangdam Jaya yang fenomenal dan tegas terhadap kelompok intoleran itu.
“Selamat datang, kepada Bapak Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Bapak Jenderal Dudung Abdurachman, bersama pimpinan TNI-AD lainnya. Kami menyambut bapak dengan apresiasi yang tinggi atas kunjungannya ke Grha Oikoumene. Ini suatu kehormatan bagi kami. Pertama-tama ijinkan saya menyampaikan ungkapan terima kasih dari gereja-gereja di Indonesia atas pengayoman dan ketahanan nasional, terutama di bawah kepemimpinan bapak, yang membawa pencerahan bagi umat beragama di Indonesia. Kami senantiasa mendoakan para pemimpin bangsa, termasuk Bapak KSAD, dalam menjalankan tugasnya. Sebagai gereja, kami mendukung adanya tentara yang kuat, tangguh dan profesional. Sebagai bangsa merdeka, NKRI membutuhkan prajurit yang tiada tanding, sebagaimana semboyan AD: KARTIKA EKA PAKSI, tanpa harus menjadi negara dengan pendekatan militeristik,” ucap Pdt. Gomar Gultom yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2018 Pilihan Majalah NARWASTU” yang inspiratif dan nasionalis itu.
Menurut Pdt. Gomar, gereja-gereja di Indonesia sangat mensyukuri perjalanan panjang AD, yang dengan setia mempertahankan Pancasila dari berbagai bentuk rongrongan yang hendak meminggirkan, bahkan mengganti Pancasila dengan ideologi lain. “Besok (1 Juni 2022) kita akan merayakan Hari Pancasila. Kita semua tentu mensyukuri Pancasila yang mempersatukan kita semua di tengah keragaman yang ada. Dalam kaitan ini, kami menumpukan harapan kepada Bapak KSAD untuk tidak ragu-ragu dalam menghadapi kelompok yang hendak menggeser Pancasila ini. Gereja bersama bagian terbesar masyarakat kita mendukung bapak dalam hal ini. Terkait hal ini, beberapa pimpinan gereja menitipkan pertanyaan kepada kami, untuk disampaikan kepada bapak, antara lain, mengapa perlawanan kepada ideologi negara akhir-akhir ini bebas diekspresikan di ruang publik, sebagaimana terlihat dalam beberapa video yang viral beberapa hari terakhir ini dalam bentuk arakan sepeda motor yang mendukung ditegakkannya khilafah,” pungkasnya.
Sebagai gereja, imbuh Pdt. Gomar, kami juga menaruh harapan kepada bapak untuk menciptakan rasa aman dan damai di seluruh pelosok tanah air, suatu tugas yang kami nilai sangat berat, tetapi sangat mulia. Sebagaimana kami merasakan dan menikmati keamanan dan kedamaian yang luar biasa di Jawa ini, itu juga kerinduan warga masyarakat yang kami jumpai di Poso dan sekitarnya, yang masih waswas dengan ancaman kekerasan dan teror. “Demikian pun saudara-saudara kita di Papua. Sebagian merasakan aksi kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Papua telah menimbulkan luka yang meninggalkan keperihan mendalam. Kami menyambut gagasan bapak untuk menyelesaikan masalah di Papua dengan cara pendekatan teritorial antara prajurit TNI AD dengan masyarakat,” terangnya.
Kembali tentang harapan akan prajurit yang kuat, tangguh dan tak terkalahkan, kami menaruh hormat atas kebijakan bapak untuk mengembalikan para prajurit ke daerah asal masing-masing agar lebih dekat dengan keluarga. “Ini terobosan yang luar biasa, karena akan menjauhkan prajurit dari jebakan-jebakan yang tidak perlu, karena tersumbatnya saluran emosional yang jauh dari keluarga. Tentu hal ini juga akan makin mensejahterakan para prajurit. Masih dalam kaitan dengan kesejahteraan prajurit, kami juga menaruh perhatian akan pembinaan mental spiritual para prajurit. Kerjasama PGI dengan Disbintal AD selama ini berjalan cukup baik. Keberadaan jemaat-jemaat POUK di beberapa kompleks-kompleks TNI-AD juga terfasilitasi. Yang membuat kami prihatin adalah makin langkanya pendeta yang melayani secara khusus di TNI-AD. Sejak kebijakan pendeta tituler ditiadakan, rekrutmen pendeta AD pun mengalami masalah. Sepemahaman saya, saat ini hanya ada Ibu Pdt. Tiara Dewi di jajaran TNI-AD. Besar harapan kami, akan ada rekrutmen baru untuk menjadi pendeta tentara, yang dapat melayani pembinaan mental spiritual para prajurit di lapangan. Demikian harapan-harapan ini kami sampaikan yang kiranya mendapat perhatian kita bersama. Tuhan kiranya menyertai bapak dalam memimpin TNI-AD,” ungkap Ketua Umum PGI ini.
Sekadar tahu, dalam kesempatan itu, Pak Dudung mengangkat sejarah perjuangan sejak Budi Utomo hingga kemerdekaan, kuatnya kesatuan dan nasionalisme kita. Juga mengangkat nasionalisme kita yang bangkit ketika berhadapan dengan dunia luar seperti dalam sepak bola, kesebelasan kita melawan kesebelasan negara lain. Demikian kekuatan dan kesatuan kita mempertahankan Sipadan dan Ligitan. Kesatuan dan nasionalisme itu dibutuhkan kini dalam melawan musuh dalam negeri. Kita tidak boleh lengah.
Dudung juga mengatakan, keprihatinan akan kondisi ekonomi para prajurit di lapangan. Menurutnya, pada umumnya bintara kita berasal dari ekonomi lemah, dan mereka menjadi tumpuan keluarga mereka, bahkan tumpuan orangtua dan mertua, untuk keluar dari kemiskinan. Tapi kondisi di lapangan sangat memprihatinkan, beda dengan kita di Jakarta ini. Apalagi mereka ditempatkan jauh dari daerah asal, jauh dari keluarga sehingga harus dua dapur. Untuk itulah saya memerintahkan para Pangdam untuk memutasikan para prajurit ke daerah asal masing-masing. Urusan mempertahankan keutuhan NKRI, menurutnya, tidak bisa hanya di pundak tentara, tapi harus bersama seluruh elemen masyarakat. “Untuk itulah saya berkunjung ke sini, untuk menjalin kerjasama baik,” kata Dudung yang mantan Pangkostrad. HJ