Narwastu.id – Keteladanan dan kepeloporan politisi senior almarhum Sabam Sirait, memang tidak diragukan lagi. Setidaknya hal ini terungkap dalam “Seminar Nasional Kepeloporan dan Keteladanan Sabam Sirait dalam Pelayanan di Bidang Politik”, yang dilaksanakan secara hybrid, di Auditorium Lantai 5 Grha Oikoumene, Jakarta Pusat, pada Jumat, 25 Maret 2022 lalu. Seminar nasional yang dilaksanakan oleh PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) bersama Yayasan Komunikasi Indonesia (YKI) ini, merupakan bagian dari rangkaian proses pengajuan Sabam Sirait sebagai Pahlawan Nasional.
Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, M.Th, dalam sambutannya menegaskan, gereja-gereja beruntung memiliki seorang Sabam Sirait, yang kiprahnya tidak hanya di dunia politik, tetapi juga gerakan oikoumene. “Kepeduliannya terhadap peran sosial dan kaderisasi semakin mempertegas bahwa gerakan oikoumene tidak berada di ruang hampa tapi juga dalam kehidupan kebangsaan kita,” ujar pendeta asal Sinode HKBP itu. Karya iman seorang Sabam Sirait, lanjut Ketua Umum PGI, diakui negara dan sekaligus mengingatkan angkatan muda untuk terus menjadi garam dan terang bagi bangsa.
“Kesaksian imannya terlalu luas, tidak dibatasi tembok gereja. Makanya tidak salah menyebut beliau tokoh pelintas batas yang menembus sekat-sekat. Tidak ada anggota DPR yang begitu lantang memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina, selain Sabam Sirait,” jelasnya. Sementara itu, mantan Ketua Umum DPP PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) Baktinendra Prawiro, M.Sc melihat Sabam Sirait sebagai sosok yang memiliki idealisme dan integritas yang tinggi, berpandangan luas, serta tidak mudah terbawa arus. “Dia tidak akan bergeser meskipun harus kalah, dan akan tetap eksis dengan caranya sendiri. Ini menunjukkan betapa besarnya peran yang dia mainkan,” kata putra begawan ekonomi almarhum Radius Prawiro itu.
Hal senada disampaikan mantan Ketua Umum PP GMMI, Dr. Barita Simanjuntak, S.H. “Sabam Sirait belum tergantikan dalam hal integritas. Bersyukur lama beliau mengkader saya secara langsung. Tidak pernah menggurui namun kita harus cerdas melihat pemikirannya. Gereja juga harus bersyukur bagaimana beliau bersuara lantang menentang intervensi pemerintah dalam kasus HKBP. Sabam Sirait sering hadir di Salemba untuk memberi penguatan tanpa menggurui, kepada pemuda untuk tidak takut menghadapi tantangan. Ibarat nabi telah memberi petunjuk kepada gereja mahasiswa,” kata Ketua Komisi Kejaksaan RI dan mantan aktivis mahasiswa ini.
Menyoroti Sabam Sirait dari perspektif sejarah perpolitikan di Indonesia, Pdt. Dr. Zakaria Ngelow melihat, di masa awal muncul tokoh muda di dunia politik, seperti Johannes Leimena serta Amir Sjarifuddin Harahap sebagai generasi kedua yang memahami masa depan baru bangsa ini. “Dan kemunculan Parkindo yang dipelopori generasi kedua ini, banyak melibatkan tokoh muda dalam dunia politik, seperti Sabam Sirait, yang di masa Orde Baru, di mana politik tidak diberi kesempatan dan seakan dikebiri, namun Sabam Sirait tetap bergerak dan melihat politik itu suci,” ujarnya.
Demikian halnya paparan Drs. Manuel Kaisiepo. Tokoh pers sekaligus politisi ini melihat, keterlibatan Sabam Sirait dalam politik di era akhir 50-an, sebuah era di mana bangsa Indonesia memiliki generasi politik yang berbobot dan berkualitas. “Sabam Sirait termasuk dalam era ini. Mereka kaum intelektual yang terjun dan berjuang di dunia politik tanpa pamrih, dan menganggap politik sebagai suatu panggilan,” pungkasnya. LK