Narwastu.id – Tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU itu luar biasa dan dinilai NARWASTU, karena jejak rekam dan karyanya. “Saya tak menyangka saat terpilih jadi salah satu tokoh pilihan NARWASTU, saya sampai dicari wartawan nasional ke rumah. Bagi saya, ini memotivasi dan anugerah Tuhan. Kita patut terus mendukung Majalah NARWASTU yang punya dedikasi tinggi dan konsisten di dalam memilih tokoh Kristiani setiap akhir tahun,” itulah ungkapan dari Raden Y. Dian Setio Lelono, tokoh masyarakat Bekasi, yang dikenal gigih untuk mendapatkan IMB Gereja Santa Clara, Kota Bekasi, Jawa Barat, saat dirinya terpilih dalam “21 Tokoh Kristiani 2018 Pilihan NARWASTU.” Ungkapan pemuka Katolik ini memang benar adanya, bahwa selama ini NARWASTU memilih figur yang populer dalam arti yang positif, pernah dipublikasikan majalah kesayangan kita ini dan punya rekam jejak yang baik, inspiratif dan mampu memotivasi. Dan seperti tahun-tahun yang lalu, di akhir tahun 2021 ini kami pilih lagi 21 figur tokoh Kristiani, yang pernah diberitakan majalah dengan motto “Menyuarakan Kabar Baik” ini.
Kami memilih mereka tentu karena karya atau aktivitasnya yang mampu memotivasi, inspiratif, positif, berjiwa Pancasilais, peduli terhadap masalah gereja, masyarakat dan bangsa. Dari 98 tokoh yang kami seleksi, akhirnya dipilih menjadi 21 tokoh, dan mereka berasal dari berbagai latar belakang profesi, seperti kepala daerah, pendeta, wakil rakyat, cendekiawan, penyanyi rohani, pengacara, aktivis HAM, pimpinan partai politik, aktivis LSM, pimpinan organisasi kemasyarakatan dan profesional. Mereka dinilai tim Redaksi NARWASTU figur yang religius, nasionalis, humanis dan peduli pada persoalan di tengah gereja dan bangsanya. Mereka bukan figur yang suci atau tak punya kekurangan, namun daya juang mereka bisa menginspirasi banyak orang. Dan inilah hadiah Natal terindah dari Majalah NARWASTU bagi mereka di akhir tahun 2021 ini.
Kami berharap di tengah umat Kristiani muncul tokoh-tokoh seperti mereka, yang mampu menginspirasi, memotivasi, bisa menularkan nilai-nilai juang, semangat persatuan dan kesatuan serta mencintai Indonesia tercinta ini. Ke-21 tokoh yang terpilih ini kami pilih dengan kriteria, pertama, pernah dipublikasikan Majalah NARWASTU. Kedua, jadi perbincangan yang positif di tengah umat atau di tengah pembaca NARWASTU. Ketiga, punya karya atau pemikiran serta gagasan yang inovatif, positif, visioner bahkan kontroversial untuk kepentingan banyak orang. Keempat, peduli pada kegiatan gerejawi dan peka pada persoalan di tengah masyarakat.
Ke-21 tokoh yang sudah diseleksi itu, yaitu, (1) Eusabius Binsasi, (2) Arist Merdeka Sirait, (3) Pdt. Dr. Mery Kolimon, (4) Pdt. Jahenos Saragih, M.Th, M.M., (5) Pdt. Michael Lumanauw, S.H., M.Th, (6) Dr. dr. Waldensius Girsang, (7) Pdt. I Nyoman Agus, (8) dr. Tuahman Purba, M.Kes, (9) Maria Shandi, (10) Dr. Pantas Silaban, (11) Charles D. Sirait, S.Si, (12) Ir. Janwar Lumban Gaol, (13) Drs. Alidin Sitanggang, M.M., M.Th, (14) Hendrik R.E. Assa, M.H., M.A., (15) DR. Toto Dirgantoro, (16) Raden Andreas Nandiwardhana, (17) Ir. Stefanus BAN Liow, MAP, (18) Prof. Dr. Hoga Saragih, (19) Jupryanto Purba, S.H., M.H., (20) Nirwana Sebayang, dan (21) Bernat Ndawu, S.Th. Selamat kepada 21 tokoh Kristiani tahun 2021 ini, kiranya mereka terus menginspirasi, memotivasi dan menularkan nilai-nilai juang dan solidaritas di tengah Indonesia yang majemuk dan berdasarkan Pancasila. GF
Mantan Bankir yang Kini Salah Satu Ketua Umum PDKB
Lelaki Batak kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 14 April 1964 ini adalah sosok anak bangsa yang nasionalis, cerdas dan religius. Setelah ia pensiun dari Bank Mandiri ia kini memutuskan bergabung ke sebuah partai politik Kristiani, Partai Indonesia Damai (PID) yang baru berusia dua tahun. PID kini sudah berubah dan berbadan hukum dari Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB). Pada awalnya ia tak berminat masuk ke partai politik (Parpol) sekalipun selama ini ia cukup aktif mencermati kehidupan sosial, politik, kemasyarakatan dan ekonomi di negeri ini. Namun karena ditawari seorang sahabatnya, lalu melalui perenungan yang cukup lama, akhirnya Drs. Alidin Sitanggang, M.M., M.Th memutuskan untuk masuk ke partai politik nasionalis berbasis Kristen itu.
Ia sempat dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum PID. “Saya sempat bergumul juga saat akan masuk ke partai politik. Dan saya lebih dulu berdoa meminta hikmat dari Tuhan. Dalam doa kepada Tuhan, saya katakan, ‘Kalau memang masuk ke partai politik itu baik, maka bukalah, Tuhan, jalanku.’ Lalu saya berdiskusi dengan istri dan anak-anak saya, dan ternyata mereka mendukung saya masuk ke PID. Saya sudah 30 tahun bekerja di Bank Dagang Negara, lalu beralih ke Bank Mandiri, saya merasa plong karena bisa menyelesaikan tugas dengan baik, dan tak pernah saya dipanggil kepolisian atau kejaksaan. Ini sebuah catatan dalam hidup saya,” ucap ayah tiga anak, Alleluia Victoria Al Jonak Sitanggang, Alvin Nicholas Al Jonak Sitanggang dan Alyssa Maulina Al Jonak Sitanggang. Dan pendamping setia yang selama menopang dan mendoakan karier Alidin, yaitu istri tercinta Alamsa Siringoringo, M.Th. Alidin menyelesaikan studi S1 Sosial Politik (Sospol) di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Sementara gelar Magister Manajemen ia raih di Universitas Persada Indonesia, Jakarta, dan gelar M.Th dari STT Permata Bangsa Barito, Kota Tangerang, Banten.
Menurutnya, dengan ilmu yang pernah dipelajari di USU yang bersentuhan dengan kemasyarakatan, lalu di Universitas Persada Indonesia yang berkaitan dengan kepemimpinan dan manajemen, serta ilmu teologi, yang berhubungan dengan Tuhan, maka membuatnya semakin percaya diri masuk ke partai politik. “Ditambah lagi pengalaman saya bekerja di bank, yang mengutamakan karakter, maka saya merasa yakin. Dalam karakter ini mesti ada kepercayaan, integritas, profesionalitas, kejujuran dan ketelitian,” ujar mantan Kepala Cabang Bank Mandiri Tanjung Priuk, Jakarta Utara, yang sudah mendapat penghargaan atas kariernya selama 25 tahun dan 30 tahun dari pimpinan Bank Mandiri, karena dia dinilai pekerja keras, profesional, berkarakter dan memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi.
Alidin yang pernah menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) saat kuliah di USU Medan, berpendapat, selama ini di dunia politik pun banyak godaan, sehingga ada sejumlah politisi yang terjerumus bahkan masuk penjara karena korupsi. “Kenapa selama ini ada banyak masalah di tengah perpolitikan kita, sebenarnya masalahnya pada karakter. Kalau karakter seseorang itu baik dan bisa dijaga integritasnya, atau apa yang diucapkan sejalan dengan perbuatan maka tak akan muncul masalah. Banyak terjadi korupsi, karena cinta uang. Sedangkan Alkitab mengatakan, cinta uang adalah akar dari segala kejahatan,” kata Alidin yang memegang teguh filosofi orang Batak, yaitu mendidik anak-anaknya bersekolah tinggi atau anakkon hi do hamoraon di au (Anak itulah kekayaan paling berharga).
Bagi Alidin, anak-anak yang dititipkan Tuhan kepada mereka akan dibekalinya dengan nilai-nilai rohani agar senantiasa takut Tuhan. Dan anak-anak itu pun akan disekolahkan agar punya pendidikan tinggi supaya kehidupannya lebih baik. Menurut pria yang pernah menjadi Ketua Panitia Festival Budaya Batak di Kalimantan Selatan dan Tengah, umur itu sekalipun sudah tua tak membatasi kita untuk belajar atau menuntut ilmu. Ada dikatakan di Alkitab, umat Tuhan binasa karena kurang pengetahuan, sehingga menuntut ilmu itu penting. “Tapi ilmu yang kita miliki sangat baik jika bisa semakin mempertebal kasih kita kepada Tuhan dan sesama,” ujar kolomnis di Majalah NARWASTU yang sudah segera menerbitkan buku itu.
Mengenai situasi Indonesia yang kini dilanda wabah Covid-19 dan krisis ekonomi, Alidin berpendapat, memang saat ini ada banyak pakar yang tampil di TV yang menuding bahwa wabah Covid-19 sebagai biang kerok. “Tapi sebagai umat Kristen kita harus tetap percaya bahwa Tuhan campur tangan di dalam situasi sekarang. Di Alkitab ditulis bahwa keadaan dunia ini akan semakin sulit, tapi kita harus berdoa agar bangsa kita terus diberkati Tuhan, dan saat banyak orang pesimis kita harus tetap optimis,” ucapnya.
“Sebab itu, di tengah situasi sukar saat ini kita harus punya waktu untuk bersaat teduh atau bergaul dengan Tuhan. Ketika kita memuji dan menyembah Tuhan serta memanjatkan ‘Doa Bapa Kami’ sebenarnya kita menyembah Tuhan agar Roh KudusNya diturunkan untuk menyertai kita di dalam pergumulan hidup ini. Abraham, Yusuf, Musa, Yosua, Elia dan banyak tokoh Alkitab bergaul dengan Tuhan, sehingga Tuhan terus menyertai mereka,” tukas Alidin yang pernah menjadi Ketua Punguan Marga Parna di Banjarmasin dan pernah pula dipercaya menjadi Ketua Parna di daerah Bekasi, Jawa Barat, pada 1997-2000.
Lalu, kenapa Alidin tertarik masuk partai Kristen, ia menjawab, karena umat Kristen sesungguhnya masih membutuhkan partai yang berani menyuarakan aspirasi umat Kristen. “Saya lihat di PID ada banyak hamba Tuhan bergelar S.Th dan M.Th, saya berharap agar mereka memiliki integritas tinggi. Saat ini sebenarnya masih ada wakil rakyat kita yang baik dan bertanggung jawab. Namun ada banyak juga politisi kehilangan komitmen. Itu yang membuat banyak orang alergi pada partai politik, padahal partai politik tujuannya untuk mensejahterakan rakyat. Jadi orang Kristen tidak boleh alergi berpolitik. Di cerita Alkitab ada figur Yusuf yang setelah memiliki kekuasaan baru bisa berbuat banyak untuk rakyat,” terang Alidin yang berperan membuka kepengurusan PID di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat dan Kalimantan Utara. Dan kini PID sudah ada di 33 provinsi. Alidin pada awalnya dipercaya sebagai Ketua Bidang Perekonomian DPP PID.
Menurutnya, kalau ia masuk di parpol Kristen, maka akan bisa masuk ke semua denominasi gereja untuk melayani karena sifat parpol itu lintas suku, lintas gereja dan bersifat nasional. Menurutnya, tokoh-tokoh Alkitab seperti Yusuf dan Musa sudah membuktikan bahwa mereka berpolitik dan tidak jago kandang. “Yusuf itu politisi dan tidak mempan pada godaan istri Potifar dan godaan politik. Dia bergaul erat dengan Tuhan sehingga imannya kuat, serta dia tidak jatuh pada godaan wanita, harta dan tahta. Dia punya nilai-nilai hidup, harga diri dan bisa menjaga nama baik keluarganya,” cetus Alidin yang semasa mudanya pernah menjadi Ketua Pemuda GPdI di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. DF