Narwastu.id – Seorang dari tokoh sedunia gerakan oikumene yang sangat berpengaruh. Di tengah bangsa Indonesia ia merupakan teolog keadilan dan kemerataan, juga pemimpin gerakan oikoumene paling berpengaruh, telah meninggal pada usia 88 tahun pada Sabtu, 9 Mei 2021. Sebagaimana disampaikan Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butarbutar dalam “Pernyataan Ungkapan Belasungkawa.”
Saya bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan bertemu dengan Pdt. Dr. Soritua Albert Ernst (SAE) Nababan di tahun 1982 di kantornya di Jalan Salemba Raya 10 Jakarta sebagai Sekretaris Umum DGI (Kini: PGI), waktu itu Ketua DGI Letjen (Purn.) T.B. Simatupang. Saat itu saya menyampaikan permohonan Pimpinan HKBP, agar DGI memberangkatkan saya untuk studi oriestasi ke Harian “Sinar Harapan”, Lembaga Alkitab Indonesia, Badan Penerbit Kristen, PPA dan lain-lain, setelah selesai Studi Penerbitan Buku yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Di kantor beliau, saya melihat sosok yang amat sibuk dan kelihatan repot melayani saya bicara dan berdebat, sambil membaca tumpukan surat yang banyak di depannya, serta berbagai dokumen diparafnya. Staf khususnya bolak balik masuk keluar kamar kerjanya itu. Tak berapa lama surat dari DGI yang menugaskan saya kuterima segera.
Saya sering melihat, mendengar dan memperhatikan dengan seksama Pdt. SAE Nababan dalam Rapat Majelis Pusat HKBP (1980-1986) di Kantor Pusat HKBP yang dipimpin Ephorus Ds. GHM Siahaan. Bicara Pak Soritua Nababan ini, tegas, meyakinkan dan sistematis dalam memberi pendapat atau respons kepada usulan dalam rapat, demikian juga pendapatnya kepada pendapat atau usul yang tidak disetujuinya. Itu kesan saya waktu itu. Demikian dalam Rapat Pendeta Hatopan dan Sinode Godang HKBP (yang terbuka atau tertutup). Semua itu saya ikuti atas penugasan Pimpinan HKBP dalam posisi saya sebagai Redaksi Majalah “Immanuel HKBP” (1980-1983) dan Kepala Biro Informasi HKBP/Pemimpin Redaksi “Immanuel” (1984-1988) atau anggota Panitia bidang Humas (Publikasi) dan Dokumentasi.
Maka sejak kukenal Pdt. Soritua Nababan, dan kudengar tentang siapa beliau, informasi itu selalu kusimak. Karena beliau kulihat sebagai pribadi yang istimewa, pintarnya, cerdasnya dan bijaksananya. Waktu itu informasi tentang seseorang sulit dicari karena belum ada internet, apalagi media sosial, Google, YouTube dan Facebook seperti sekarang ini. Tidak dapat dengan mudah mencari profil seseorang tokoh. Karena itu, bila ada tulisan beliau kudapat atau buku-buku yang dikeluarkan DGI dan PGI sejak 1984, saya beli dan baca semuanya dan dari situ banyak pendapat, pikiran beliau, bahkan ada fotonya yang kulihat dengan rokok di jepitan jari tangan beliau pada lembaran satu buku. Hal ini terjadi sejak 1982-1986. Dan pada tahun 1984-1986 di mana saya, yang dihadirkan sebagai anggota, selalu ikut hadir mendengar dan mencatat apa yang perlu setiap Rapat Panitia Inti Jubileum 125 Tahun HKBP, yang disahkan di Sinode Godang 1984 dan dari 7 anggotanya, salah satu Pdt. SAE Nababan (Ketua PGI). Masa kerja panitia inti ini sampai berlangsungnya Jubileum 125 tahun HKBP di tiga wilayah (1 di Sipoholon Tarutung, 2 di Pematang Siantar dan 3 di Jakarta).
Pengenalan saya di atas menjadi modal berharga bagi saya, untuk ikut melayani, berkarya dan berjuang dan bekerja bersama dengan Ephorus HKBP Pdt. Soritua Nababan dari tahun 1987-1988 dan 1991-1998. Dan banyak semangat hidup, bekerja keras, cara berpikir, dan cara bertindak beliau menjadi pelajaran berharga bagi saya pribadi dan keluarga saya. Kiranya Tuhan memberkati segala karya Pdt. SAE Nababan di dunia ini, khususnya pada kehidupan gereja terutama HKBP. Tuhan menghibur dan memelihara kehidupan keluarga yang ditinggalkannya.
* Penulis mantan Kepala Biro Informasi HKBP/Pemimpin Redaksi Majalah “Immanuel HKBP” 1984-1989 dan 1991-1998, serta mantan Praeses HKBP Sumbagsel dan pernah melayani di HKBP Sudirman, Jakarta.