Manajemen Pengelolaan Gereja

* Oleh: St. Dr. Martuama Saragi

3642

Narwastu.id – Dewasa ini banyak gereja yang megah, besar, mempunyai ribuan jemaat, tetapi tidak memiliki sistem administrasi dan manajemen yang baik. Akibatnya gereja itu tidak tertata, dan tidak bisa memaksimalkan fungsi gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia) itu sebagaimana mestinya. Gereja merupakan lembaga yang tidak mencari keuntungan materi (nonprofit) yang di dalamnya terdapat kegiatan manejemen dan administrasi yang meliputi sumber daya manusia (SDM), program pelayanan, program kerja dan kondisi keuangan yang sangat dinamis dan selalu terus mengalami perubahan (seperti perubahan data jemaat, data keuangan dan pelayanan) untuk itu maka gereja memerlukan pengelolaan.

Tanpa manajemen yang baik dan transparan, sebuah gereja akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan fungsi-fungsinya. Dan tanpa manajemen yang baik sebuah gereja hanya bergantung pada kemampuan dan karisma sang pemimpin. Ketika jumlah jemaat berkembang pesat, akan muncul berbagai permasalahan baru di dalamnya yang tidak akan sanggup ditangani oleh hanya pemimpinnya. Di sinilah fungsi manajemen dapat membantu dengan membuat sebuah sistem yang mampu menangani kompleksitas pelayanan. Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab yang melandasi aspek-aspek dalam manajemen, seperti perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian, penanganan konflik dll, dinyatakan dengan jelas bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan hikmat yang sempurna. Hal ini menunjukkan di dalamnya berlangsung manajemen Allah yang sempurna. Manajemen diperlukan dalam pekerjaan rohani sebab Tuhan menghendaki dan memerintahkan manusia mengerjakannya demi kepentingan manusia itu sendiri.

Dari manajemen Musa kita dapat mengetahui bagaimana dia melakukan segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada dia, bahwa segala sesuatu itu harus dia lakukan dengan tuntunan Tuhan dan dari berbagai macam pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan dan memilih orang yang sesuai dengan profesinya, keahlian agar semua yang di kerjakan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Nabi Musa mencari dan mengumpulkan orang yang mempunyai talenta yang sesuai dengan pekerjaan, mempuyai pengertian dan keahlian dalam segala macam pekerjaan dalam. Semuanya dilakukan dengan suatu manajemen yang secara teratur dan secara transparan yang memiliki fungsi yang berbeda. Semua sarana dan prasarana yang diperlukan dicukupkan secara efisien. Semua pekerjaan itu diterima baik oleh Musa (Keluaran 39:42-43), tepat seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu dan Musa melihat segala pekerjaan itu dan sesungguhnyalah mereka telah melakukan sesuai yang telah diperintah Tuhan, demikian mereka melakukan dan Musa memberkati mereka.

Setiap gereja baik kecil maupun besar harus mempunya sistem administrasi dan manajemen yang jelas, karena kalau gereja mempunyai sistem yang baku dan tersusun sesuai fungsi gereja sebagai tubuh Kristus akan berjalan dengan baik sesuai dengan arah kehendak Tuhan. Itulah sebabnya, gereja harus mempunyai pemahaman yang benar tentang pengertian administrasi dan manajemen. Kebanyakan para pelayan di gereja mempunyai pemahaman manajemen yang kurang memadai, dan pembinaan para pelayan lebih fokus pada pelayanan untuk melakukan fungsi-fungsi pastoral. Selanjutnya, sedikit gereja yang dapat mengumpulkan sekelompok warga jemaat yang berpendidikan atau memiliki keterampilan menajemen. Dengan demikian, perencanaan, penetapan tujuan (sasaran), dan fungsi manajemen lainnya sebagaian besar justru diabaikan. Gereja merupakan sebuah organisasi sekaligus sebuah sistem yang menjalankan fungsinya secara dinamis, karena gereja merupakan suatu kehidupan bersama yang mempengaruhi lingkungannya dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungannya. Gereja sebagai sebuah sistem tentulah kinerjanya perlu diolah dan dimanejemenkan sebagaimana mestinya agar, visi, misi, tujuan dan sasarannya dapat tercapai.

Penggunaan ilmu manajemen bagi gereja, ada sikap berbeda yang diambil oleh para pemimpin gereja antara lain: (1) Manajemen dan pelayanan gerejawi adalah dua fungsi yang berbeda (terpisah) satu dengan lainnya. Gereja adalah organisme yang tidak dapat dilayani dengan menggunakan teknik-teknik manajemen sekuler. (2) Manajemen adalah salah satu aspek pelayanan, dalam pengertian bahwa manajemen bersifat sekunder dibandingkan dengan bidang-bidang pelayanan yang lain, seperti persekutuan, diakonia, pembinaan jemaat. Berarti manajemen adalah sekadar “administrasi minimal” untuk mendukung kelancaran pelayanan. (3) Manajemen adalah sarana pelayanan, sehingga fungsi dan tekniknya dapat dimanfaatkan demi efisiensi pelayanan. Tidak ada perbedaan esensial antara fungsi dan teknik manajemen yang dipakai di dalam dan luar gereja. Yang berbeda adalah pribadi yang melakukannya dan tujuannya. Landasan Firman Allah atas manajemen pengelolaan gereja adalah:

(1) Kejadian 41 s/d 42: Managemen pangan Yusuf.

(2) Keluaran 18:1 -27: Kepemimpinan Musa atas bangsa Israel.

(3) Nehemia 1-13: Nehemia membangun tembok Israel.

(4) Lukas 6:13: Yesus memilih para murid. (5) Kisah 6:1-7: Organisasi pelayanan oleh para Rasul.

Fungsi-fungsi manajemen gereja, yakni (1) Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan para pelayan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan pelayanan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan panggilan gereja. (2) Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan pelayanan yang besar menjadi kegiatan-kegiatan pelayanan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah pimpinan jemaat untuk melakukan monitoring dan pengawasan kepada para pelayan yang telah ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. (3) Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua para pelayan berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan pelayanan yang telah ditentukan, artinya adalah menggerakkan para pelayan agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. (4) Pengendalian (controling) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa para pelayan untuk memastikan bahwa jalannya pelayanan sesuai dengan rencana dan SOP yang telah ditentukan

Tujuan Managemen Gereja

Memastikan pelayanan dan program gereja berjalan dengan baik serta fungsi-fungsi pengelolaan pelayanan mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan meminimalisasi kesalahan dalam pengelolaan pelayanan gereja.

Rekomendasi/Saran: (1) Pelayanan gereja melalui parartaon, dewan-dewan, seksi perlu membuat/menyusun suatu SOP sebagai acuan untuk melaksanakan program kerja yang telah disetujui huria. Tujuan dari SOP ini adalah untuk memastikan bahwa pelaksanaan program dilaksanakan sesuai dengan tujuan pelayanan huria. (2) Pentingnya pengaturan otoritas dan tugas sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang tepat dengan cara yang bertanggung jawab. Contoh sederhananya perlu pembagian tugas dalam pengelolaan gereja secara fisik antara lain; penanggung jawab keamanan, penanggung jawab kebersihan, penanggung jawab parkir, penanggung jawab pemeliharaan gedung, sound system dll. Kalau tanggung jawab pengelolaan kegiatan ini hanya dilaksananakan secara personal oleh para anggota parartaon huria, tanpa menunjuk PIC masing – masing kegiatan mustahil dapat berjalan dengan baik. (3) Pentingnya pendelegasian pembagian tugas harus dilakukan mengingat bahwa setiap jemaat mempunyai keahlian/keterampilan kompetensi yang dapat mendukung kegiatan pelayanan huria. Lalu (4) Pentingnya koordinasi para pelayan antar Parartaon, dewan-dewan & seksi-seksi agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan/pelayanan sehingga menghasilkan pelayanan/pekerjaan yang efektif dan efisien. (5) Pelayanan/ pekerjaan perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa pelayanan/pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan SOP yang telah disepakati. Oleh karena itu, perlu ada pertanggungjawaban dari masing-masing orang yang terlibat di dalamnya.

Penutup, pelayanan gereja dikaitkan dengan manajemen gereja adalah prinsip kebenaran, sebaiknya seorang pelayan memiliki suatu karakter yang berintegritas yang melayani Kristus sesuai dengan panggilan gereja dalam pelayanannya. Seorang pelayan adalah orang yang yakin akan panggilan Tuhan dan membuktikan tanggung jawabnya terhadap apa yang di percayakan oleh Tuhan kepadanya untuk dilakukan. Matius 20:28, “Anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.“ Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 

* Penulis adalah sintua di Gereja HKBP Jakasampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, dan Sekjen Punguan Parna Se-Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here