Narwastu.id – “Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda, “Lihat, itu Allahmu!” (Yesaya 40:9).
Peran media, mulai dari media elektronik, seperti TV dan radio maupun media cetak (surat kabar, tabloid dan majalah), dan dalam lingkungan terbatas jurnal, newsletter, dan subscribed email, kemudian dengan berbasis teknologi informasi, seperti internet dan media sosial: Face Book, Twitter dan sejenisnya semakin berkembang pesat dengan berbagai variasinya.
Informasi apa saja dapat dengan mudah kita peroleh begitu berada di depan laptop atau smart handphone di tangan. Dari sekadar medium atau pengantara informasi, sekarang media sudah bertambah fungsinya. Misalnya, sebagai forum untuk berdialog, acuan fashion, membentuk gaya hidup, menuangkan segala pemikiran, termasuk ideologi dan kepercayaan. Manusia zaman sekarang diakui atau tidak, adalah hasil bentukan media. Media bisa mengangkat, namun bisa pula menghancurkan seseorang, termasuk kepala pemerintahan sebuah negara. Media bisa membangun sebuah masyarakat dan bangsa, dan bisa pula sebaliknya, menghancurkan.
Begitu besarnya pengaruh dan kekuatan dari media massa yang kini makin mendunia, sehingga tak ada lagi yang bisa menghentikan dan memberangus pengaruhnya. Boleh saja sebuah pemerintahan dengan undang-undang dan hukum mencoba membatasi, namun akses terhadap media melalui internet, baik yang ada dan melalui laptop maupun melalui handphone tak akan bisa dibatasi. Ada saja jalan bagi mereka yang cukup cerdik dan menguasai teknologi informasi untuk mengakses pesan-pesan di sebuah media.
Lantas apa dan bagaimana peran media Kristiani di tengah-tengah bangsa dan di tengah hiruk pikuknya dunia media di seantero belahan dunia yang semakin tanpa batas ini? Media Kristiani dalam perannya tentu harus membawa berita keselamatan. Selain dirintis dan dibesarkan untuk tujuan komersial dan mencari keuntungan, media Kristiani punya misi, pertama, membawa Amanat Agung Kristus untuk membawa “Kabar Baik” atau kabar keselamatan (Seperti motto Majalah NARWASTU yang kita cintai ini: “Menyuarakan Kabar Baik” kepada semua orang). Itu yang harus tercermin, baik tersurat maupun tersirat.
Amanat Agung tetap harus menjadi tujuan utama sebuah media Kristiani, seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus (Markus 16:15), dan yang dituangkan ke dalam logika rohani dan analisa Rasul Paulus dalam Roma 10:13-15, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis, “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”
Keselamatan bagi setiap orang adalah keinginan Tuhan bagi manusia, dan untuk itu, Dia bekerjasama dengan orang-orang yang telah diselamatkan dan punya beban dengan dorongan Roh Kudus. Bahkan, Nabi Yesaya jauh sebelum kelahiran Kristus sudah menyerukan hal yang sama, “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion, “Allahmu itu Raja!” (Yesaya 52:7).
Sekarang ini, banyak media massa tak mempedulikan, bahkan lebih senang memberitakan “kabar buruk” (permusuhan, kontra sosial, ketidakadilan dan nilai-nilai duniawi) ketimbang “kabar baik” (perdamaian, kerukunan, prososial, keadilan dan kesejahteraan). Soalnya, kabar buruk biasanya lebih cepat mendapat tanggapan atau lebih laku dijual. Dunia kita sekarang, apalagi menjelang akhir zaman akhir ini, semakin banyak dipenuhi kabar buruk. Alkitab tetap harus menjadi landasan bagi setiap media Kristiani, karena itulah Firman Tuhan yang mengandung janji-janji Tuhan. Bukan janji-janji manusia yang tidak bisa diandalkan. Firman Tuhan yang kekal untuk selama-lamanya tidak menjadi usai dengan perubahan zaman apapun atau zaman manapun.
Kedua, media Kristiani harus membawa berita kebenaran, bukan berita bohong dan gosip murahan. Berita bohong adalah porsi media duniawi. Ketika media Kristiani ikut-ikutan terbawa arus dengan menyajikan berita yang tidak berdasarkan akan kebenaran, maka ia akan kehilangan jatidiri dan kekuatannya. Jika sama dengan media duniawi untuk apa kita memilih media Kristiani untuk dibaca, bukan? Media duniawi jauh lebih cepat dan lebih canggih dalam menyajikan berita rekayasa.
Ketiga, media Kristiani pun harus membawa berita atau tulisan yang membangun, baik terhadap pembacanya secara individu, maupun bagi masyarakat, dan bahkan bagi sebuah bangsa secara umum di dunia ini. Sekarang search engine, seperti Google, Yahoo, Bing, Safari dan lainnya disertai dengan perangkat penerjemah atas hampir semua bahasa. Bukan saja dari bahasa Indonesia ke Inggris dan sebaliknya, namun juga terhadap bahasa lainnya. Karena itu, tidak mustahil tulisan-tulisan atau berita dalam bahasa Indonesia dikutip oleh bangsa lain, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa mereka.
Seseorang yang membaca atau mendengar media Kristiani harus memperoleh manfaat yang ia tidak bisa peroleh dari media duniawi. Setidaknya media Kristiani telah mengambil peran untuk menjadi bagian dari nation building atau pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia yang majemuk yang berlandaskan Pancasila. Sekalipun sedikit dalam jumlah, namun media Kristiani akan dan seharusnya terlihat berada di puncak, seperti halnya orang memandang sebuah gunung dari kejauhan.
Maka yang pertama-tama dan akan selalu dilihat adalah puncaknya. Demikianlah media Kristiani dipandang oleh orang. Kita doakan dan mari kita dukung bersama agar Majalah NARWASTU yang kita cintai ini salah satu di antaranya. Kiranya Majalah NARWASTU terus menyuarakan kabar baik untuk gereja, bangsa dan belahan dunia ini.
* Penulis adalah salah satu Penasihat Majalah NARWASTU.