Mencermati berita-berita yang disiarkan koran, majalah, tabloid, TV dan radio akhir-akhir ini, bahkan yang ada di media online, kita tentu semakin sering kaget dan cemas dengan keadaan negeri ini. Bayangkan saja, aparat hukum yang tadinya kita harapkan akan memberantas narkoba justru tergoda menerima uang miliaran rupiah dari bandar narkoba seperti yang terjadi pada seorang oknum perwira polisi di Belawan, Sumatera Utara. Padahal sudah jelas-jelas bahwa narkoba salah satu musuh terbesar bangsa ini. Narkoba tidak saja merusak generasi muda bangsa ini secara psikis dan fisik, namun narkoba pun sudah menghancurkan moral anak bangsa ini.
Di sisi lain, ada berita permerkosaan, seperti yang terjadi pada gadis belia Yuyun. Pemerkosanya puluhan. Mengerikan. Ada lagi kasus lembaga pemasyarakatan (lapas) yang banyak penghuninya pengedar dan pemakai narkoba. Termasuk ada elite politik dan orang berpengaruh di negeri ini yang tersandung kasus Panama Papers, seperti yang ramai dipublikasikan Majalah Tempo baru-baru ini. Juga ada delapan calon Ketua Umum Partai Golkar yang diharuskan menyetor Rp 1 miliar agar bisa tampil di Munas Luar Biasa Partai Beringin itu di Bali.
Tak hanya, itu ada figur politikus yang tadinya dikenal suka mencla-mencle dan tidak prorakyat, namun menjelang pilkada di sebuah daerah, tampil bak malaikat yang baik hati dan tebar senyum sana sini, serta bagi sumbangan sosial sana-sini. Dan kritik sana-sini terhadap kepala daerah yang berkuasa. Seolah-olah dialah figur kepala daerah idaman yang diharapkan rakyat. Sedangkan track record-nya amat diragukan. Lantaran di masa yang lalu figur tersebut amat dekat kepada penguasa yang korup, dan kerap tidak berpihak pada rakyat tertindas.
Di tengah krisis ekonomi, krisis (baca: darurat) moral, bahaya narkoba, terorisme dan korupsi sekarang, kita harus terus berdoa (beriman) dan berupaya agar bangsa ini semakin baik dan benar. Seperti ditegaskan rohaniwan dan tokoh lintas agama, Pdt. DR. Nus Reimas dalam sebuah pertemuan dengan tokoh-tokoh Kristiani pilihan NARWASTU baru-baru ini, kita harus terus berupaya menjadi garam dan terang di negeri tercinta ini.
Menjadi garam artinya: kita berupaya mencegah pembusukan agar negeri ini tidak semakin hancur oleh ulah orang-orang jahat. Menjadi terang berarti: kita harus berupaya menerangi kegelapan, agar negeri ini jangan terus menerus digelapi orang-orang yang tidak bermoral. “Di tengah bangsa ini, sekarang banyak orang yang jatuh pada sikap egoisme, individualisme dan pragmatisme. Sedangkan ajaran Kristus kepada kita adalah menebar kasih dan perdamaian di tengah tantangan dan kesulitan hidup,” pungkas Pdt. Nus Reimas.
Menurut Pdt. Nus Reimas, di tengah kesulitan dan tantangan hidup ini, selain kita harus terus berpengharapan dan menebar kasih, kita pun harus teguh dalam iman. Seperti ditulis motivator dan salah satu “Tokoh Kristiani 2014 Pilihan NARWASTU”, Drs. Sigit Triyono, M.M., iman adalah percaya kepada yang tidak terlihat. Ada unsur something beyond yang menguatkan kita sekaligus membuat kita percaya kepada yang tidak terlihat. Ada banyak bukti bahwa percaya kepada yang tidak terlihat memberikan kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan rasa percaya diri. Hal yang tidak terlihat ini adalah menyangkut Sang Pencipta dengan segala kuasa, kebaikan, kemurahan dan kasih sayangnya.
Menurut Sigit, dengan iman kita meyakini bahwa Sang Pencipta ada di depan langkah kita. Dengan iman jugalah kita yakin bahwa Dia tidak pernah mengecewakan. Dalam keterpurukan kita masih memiliki pengharapan, itu juga karena iman. Dalam kesuksesan kita mengingat sesama yang tidak senasib, tentu juga iman yang menjadi pendorongnya. Iman lazimnya ditumbuhkan dan diperkuat oleh gerakan agama dan spiritual. Dengan segala laku dan ibadah yang dilaksanakan secara rutin dan konsisten.
“Iman dibangun tidak selalu dengan pengertian dan kepintaran. Sering justru dalam kebodohan di hadapanNya, kita bisa lebih beriman. Percaya saja pada penyertaan dan perlindungan Sang Pencipta dalam menghadapi masa depan di luar realitas adalah salah satu ekspresi iman. Tentu tanpa melupakan usaha dan kerja keras yang merupakan bagian kita. Iman tanpa perbuatan adalah mati,” tulis Sigit.
Seperti ditulis di Kitab Mazmur 46:2, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti”. Di Mazmur 50:15 ditulis juga, “Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Ada lagi ditulis, “Serahkanlah khawatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau” (Mazmur 55:23). Jadi di tengah kehidupan yang kini semakin sulit dan penuh dengan tantangan, kita harus semakin beriman, dan percaya bahwa Tuhan-lah kekuatan utama kita di dalam kehidupan ini. Semoga.