Tuhan, berilah aku kedamaian untuk menerima hal-hal yang tak dapat kuubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kuubah, dan bijaksana untuk mengetahui perbedaan keduanya. (Reinhold Niebuhr)
Narwastu.id – Kebiasaan yang baik mengubah hidup jadi lebih baik. Mengubah kehidupan lebih baik lagi dari sebelumnya itu penting, sebab hidup yang kita hidupi mesti proses pertumbuhan. Seiring waktu hidup harus lebih baik, yang sudah baik menjadi lebih baik, dan yang sudah baik makin sangat baik. Tentu, bicara kualitas bukan bicara akan apa yang digapai, tetapi apa yang diberikan untuk kehidupan bagi kemaslahatan. Legacy apa yang ditorehkan bagi jagat? Karenanya, perlu melayani, berkarya untuk sesama, sebab sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi hidupnya untuk sesama.
Seseorang bisa berkontribusi bagi kehidupan, tentu karena mindset diri yang telah berubah, menyabet baharu diri. Seseorang tak mungkin bisa memberi jika hidup belum bertransformasi. Sekarang, bagaimana hidup jadi lebih baik. Terlihat dari sikap seseorang yang telah mengalami transformasi, ingin hidup lebih baik dan memiliki sebuah tujuan. Menetapkan cita-cita penting untuk bertransformasi, tujuan yang ditetapkan agar hidup lebih baik. Semakin tinggi cita-cita, tentu semakin berat perjuangan, di sinilah perlu usaha mencapainya. Ada kekuatan pikiran yang akan mewujudkan. Kehidupan milik diri sendiri, tak dari orang lain. Banyak orang yang tak mampu mewujudkan mimpi sendiri, karena harus memuaskan keinginan orang lain.
Orang yang optimis akan lebih ringan dan kuat dalam menjalani hidup. Di sinilah orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual (spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya. Kita semua pasti pernah menghadapi hari-hari yang sulit. Ketika kita mengalami kejadian-kejadian dalam hidup yang jauh dari harapan, manakala bersikap optimis terhadap segala sesuatu akan berdampak positif. Sifat optimis adalah apa yang selalu diajarkan kepada kita sejak kecil, sepanjang hidup kita, optimis mesti menjadi falsafah, berani dalam menjalani hidup sembari tak lupa senantiasa hidup dalam rasa syukur.
Selalu bersyukur dalam setiap keadaan dapat mendatangkan ketenangan. Bila kita sukses dalam hidup, janganlah lupa untuk bersyukur, dan bila pun gagal, mesti bersabar dan jangan selalu melihat ke atas. Itu sebab kekayaan terbesar hati yang selalu merasa cukup. Bersyukur tak hanya diwujudkan dalam kata-kata untuk menenangkan hati saja, namun juga terimplementasi dalam tindakan nyata. Orang yang tak mampu mewujudkan mimpinya, biasanya orang yang ingin memuaskan keinginan orang lain semata. Tentu, di kehidupan ini tak mungkin bisa memaksa semua orang menyukai kita. Memaksakan itu malah membuat hati kita kecewa. Berusaha menyenangkan semua orang tak mungkin membahagiakan semua orang. Tak perlu tendensius, berpikiran negatif. Hasilnya tak baik. Lagi-lagi yang perlu sikap optimis membantu melihat dunia, demikian kita lebih percaya diri untuk membuat dan mewujudkannya.
Pemberani orang yang mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri, berjiwa besar menghadapi bahaya, kesulitan. Jikalau hendak mengubah hidup menjadi lebih baik, maka mesti belajar menguasai rasa takut sampai perasaan takut tersebut tak lagi menakutkan. Ketakutan tak nyata, tetapi hal itu benar adanya, sesungguhnya ketakutan mirip seperti kabut, bisa dipegang, tapi bikin buram. Anthony Robbins mengatakan, orang seringkali meremehkan tujuan jangka panjang, tapi melebih-lebihkan tujuan jangka pendek. Takut gagal, takut dikucilkan. Perasaan takut dalam hidup akan menghalangi diri untuk menjalani hidup sepenuhnya. Saat berani merencah rasa takut, potensi diri muncul.
Setiap kali mempelajari sesuatu hal yang baru akan mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pada akhirnya akan lebih percaya diri. Belajar akan membantu memudahkan beradaptasi dan fleksibel terhadap situasi yang baru. Belajar juga akan mendorong untuk menjadi lebih kreatif dalam pemikiran. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk terus belajar dan berekspansi atau bertumbuh. Tentu berbagai cara bisa dilakukan, misalnya, dengan membaca buku yang berkualitas, mendengar pembicara-pembicara motivator yang mumpuni, mengikuti pelatihan-pelatihan baru di bidang leadership.
Berani dalam menjalani hidup setelah mampu berdiri dan hidup sendiri, pasti banyak hal yang menguji untuk tetap nyaman dalam satu lingkaran. Untuk itu, mesti berani keluar dari zona nyaman agar mampu meraih tujuan hidup bermakna. Seseorang yang sudah berada dalam posisi nyaman biasanya cenderung menikmati yang sudah ada dan tak mendorong diri meraih hal yang lebih baik lagi. Mengapa seseorang bisa tak bahagia dengan apa yang didapatkan? Oleh karena tak menemukan makna hidup. Kiatnya keluar dari zona nyaman dan mencoba sesuatu yang baru. Jika tak merasa bisa belajar dan bertumbuh dengan baik, mencoba hal di luar zona nyaman untuk bertumbuh, telah lama pula kita tak merasa tertantang. Sudah saatnya mencoba hal baru yang bisa membuat tertantang, sering menunda-nunda pekerjaan sebagai tanggung-jawab.
Padahal, jika ingin mencapai sesuatu tentu ada upaya yang maksimal dilakukan, sebab semua hasil dimulai dari kerja keras dalam mengusahakan. Jika itu misalnya pohon yang berbuah sudah tentu rentetannya dimulai benih yang ditanam. Setelah tumbuh dipupuki dan disirami hingga pada waktunya berbunga dan berbuah. Dalam filosofi hidup demikian, loyalitas yang tinggi dalam bekerja selalu mesti ditekankan untuk mencapai taraf untuk mumpuni.
Pertanyaannya, seberapa penting berusaha dengan sepenuh hati? Bekerja jelas tak boleh luput lewat totalitas. Lalu, apa itu totalitas?
Totalitas adalah sikap hati, tindakan dan berpikir kritis dan ingin lebih baik dengan tindakan. Totalitas dalam bekerja adalah kesatuan integritas, loyalitas dan dedikasi. Tak hanya bicara tentang loyalitas, namun terus menggali keniscayaan dari suatu harapan dalam bekerja, seseorang paling tak harus memiliki totalitas, orientasi. Artinya, begitu penting melibatkan hati, spiritualitas dalam setiap pekerjaan agar hidup jadi lebih baik.
Spiritualitas bukan bicara agama, tetapi bicara soal Pencipta. Jelas, Tuhan punya otoritas, tetapi Tuhan bukan otoriter dengan membuat kita seperti robot. Namun kita diberi kehendak bebas (free will). Kehendak atau kemauan bebas kemampuan untuk memilih di antara berbagai rencana. Agar hidup lebih baik sudah tentu kehendak bebas difungsikan. Kekuatan dari kehendak yang mengalir dari akal budi, sehingga manusia dapat bertindak. Bayangkan, jika manusia tak diberi kehendak bebas, bagaimana bisa memilih suatu pilihan di antara banyak pilihan?
Termasuk nasib, pribadi manusia itulah yang mengendalikannya. Jika keadaan tak menyenangka yang perlu kita ubah cara pandang dan sikap. Memang manusia diberi kehendak bebas. Jadi bukan keadaan yang mengendalikan kita, tetapi manusialah yang mengendalikan keadaan. Kemampuan manusia bertahan sampai akhir dengan kekuatan menjadi kesaksian. Apa pun tantangan yang dihadapi dengan keinginan hidup lebih baik, semangat yang teguh dan kekuatan spiritual menguatkan.
Digerakkan tujuan
Seorang bijak pernah berkata, dunia kita tak akan lengkap sebelum setiap kita menemukan tujuan hidupnya Richard J. Leider dalam bukunya “The Power of Purpose” kekuatan sebuah tujuan mengatakan, jika punya tujuan alasan Anda bangun pagi. Memahami tujuan dan panggilan kita dicipta adalah hal yang agung, bahwa setiap orang memiliki panggilan sejati, serta bakat unik yang diperlukan untuk mendukungnya. Dipenuhi dengan alat yang berguna untuk penilaian diri, mengungkap bakat dan aspirasi mereka sendiri, dan menunjukkan bagaimana memasukkan akal sehat mental ke dalam kehidupan sehari-hari.
Rick Warren, penulis buku “Untuk Apa Aku Ada di Dunia Ini” sekaligus gembala di Gereja Saddleback, menyebutkan, kehidupan di bumi adalah sementara, dan ada kekekalan yang menanti setelahnya. Dalam satu bab dalam buku yang dijadikan judul cover, “Untuk Apa Aku Ada di Dunia Ini” penulis menyebut, Tuhan menyatakan isi hatiNya, rancanganNya bagi kita, dan rahasia-rahasia ilahi lainnya. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus diperjuangkan. Tujuan hidup adalah hal mendasar untuk manusia bisa bertahan hidup di dunia ini. Setiap orang harus memiliki tujuan, sekecil apa pun itu. Meski begitu, tak jarang banyak orang yang kebingungan mencari tujuan hidup dan pada akhirnya menjalani hidup ala kadarnya.
Agar mengalami hidup lebih baik mesti ada kesadaran perubahan, dengan perubahan tentu akan membawa perbaikan dan pertumbuhan. Bahasa rohaninya bertobat. Metanoia. Perubahan tentu bukan hanya aspek pengakuan kelemahan, tetapi kesadaran dari pentingnya pertumbuhan. Tanpa perubahan tak ada perbaikan. Seorang Leadership Coach & Motivator, Ainy Fauziyah dalam bukunya “Rahasia Menebus Kesulitan” menyebut, semua perubahan digerakkan oleh adanya kemauan. Buku yang diterbitkan Elex Media Komputindo itu menekankan, adanya perubahan oleh karena ada kemauan dalam diri. Kemauan itu kehendak bebas manusia yang diberikan untuk mengembangkan dan menemukan potensi diri. Iya, betapa dahsyat kemauan. Kemauan adalah janji kepada diri sendiri yang memberikan kekuatan sangat besar, dengan adanya motivasi dalam diri seseorang, maka kemauan dan tekad yang muncul dari kesadaran murni, mampu menciptakan perubahan. Kemauan menghasilkan kekuatan super yang dapat mewujudkan sesuatu”
Sementara ketidakmauan akan membawa pada destruktif mental, sementara kemauan yang teguh menerobos penghalang jadi peluang. Namun yang terpenting memaksimalkan setiap kekuatan diri yang dimiliki, sambil terus berusaha mengembangkan diri. Tak akan lebih mengenal diri sendiri, apabila berusaha untuk meraih mimpi. Lalu, bagaimana menanggalkan beban yang membebani diri kita dengan tindakan yang benar? Nyatanya tindakan yang benar menjadikan usaha untuk lebih baik hasilnya dari sebelumnya. Di sinilah penting komitmen, bukan hanya kata-kata tetapi benar-benar tindakan nyata.
Tak ada perubahan perbaikan jika tak ada kesadaran untuk hidup lebih baik. Selama hidup adalah ruang untuk belajar. Jika tanpa kesadaran kita tak mampu bisa banyak menyelesaikan masalah. Limi Halim dalam buku “New Life: Hidup Baru 40 Hari Transformasi Hidup Menjadi Baru” buku yang terinspirasi dari 2 Korintus 5:17 yang berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang!” Buku yang bentuk renungan tersebut dibuat untuk komsumsi dalam 40 hari karena menurut survei, kebiasaan manusia dapat berubah jika melakukan hal yang sama selama 40 hari. Perlu percaya, kita seharusnya memperbaharui kehidupan dan menghidupinya sebagai seseorang yang memiliki hidup baru.
* Penulis adalah jurnalis, pegiat buku dan motivator (Penerima Certified Theocentric Motivation).