Narwastu.id – Panggilan hidup dari seorang Ir. Soleman R. Matippanna, S.T. adalah memilih menjadi seorang entrepreneur, ketimbang menduduki posisi strategis di sebuah perusahaan asing. Jatuh bangun dalam merintis usaha sejak 2005 lalu selalu diaminkannya sebagai bagian dalam proses pembelajaran dalam hidupnya. Bagi mantan Koordinator Kerukunan Mahasiswa Kristen Oikoumene di Fakultas Tehnik Universitas Hasanuddin, Makassar, ini melakukan yang terbaik dan seturut dengan kehendak Tuhan, ditambah dukungan istri dan ketiga anaknya, baginya, merupakan kekuatan yang dahsyat.
Bersama saudara seiman suami tercinta dari Mariske Prisella, AMF ini mendirikan Yayasan Karmel Ministry Indonesia (YKMI) sebagai wadah pelayanannya bagi warga binaan di berbagai Lembaga Pemasyarakatan (LP). Ia mengikuti bakat bisnis dari sang ibunda yang notabene adalah seorang pekerja keras, tekun dan penuh semangat. Demikian juga dengan Soleman R. Matippanna, ia punya bakat berbisnis. Ia pernah duduk sebagai direktur di sebuah perusahaan asing, namun itu tidak menyilaukan matanya. “Saya nggak tergiur di situ dan lebih ingin fokus di usaha sendiri,” kata Soleman kepada Majalah NARWASTU baru-baru ini di Jakarta.
Soleman menuturkan, pilihannya untuk menjadi seorang entrepreneur diakuinya sebagai panggilan yang telah ada sejak lama. Soleman bersama dr. Ampera M. S.Ked., M.H. yang merupakan kakaknya, lalu mendirikan PT. Rande Buana Teknik, yakni sebuah perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang penyediaan layanan rekayasa pasokan listrik, intrumentasi dan instalasi lengkap dengan komisioning serta lain-lain.
Dan jatuh bangun dalam membangun usaha tersebut bukanlah hal yang asing bagi alumnus Universitas Hasanuddin, Makassar, Jurusan Teknik Elektro ini. Jika sampai hari ini ia masih bisa bertahan, menurutnya, karena ada kemauan, ketekunan, komitmen dan motivasi. Tapi, yang lebih penting adalah usahanya itu dilakoninya seturut dengan kehendak Tuhan. Dalam dunia bisnis, pria yang tengah menyelesaikan magister dalam bidang hukum bisnis di Universitas Gajah Mada (UGM) kampus Jakarta, ini pernah merasakan perlakuan kurang berkenan dari kolega bisnisnya.
Pembina Yayasan Karmel Ministry Indonesia ini menuturkan, “Hal yang kurang baik dan rugi berbisnis pernah saya alami. Tapi yang paling sulit adalah membangkitkan semangat untuk bisa kembali berbisnis.” Kendati demikian, mantan Direktur PT. Rajawali Buana Teknik ini nyatanya tak patah arang atau jera. Justru, katanya, itu merupakan makanan keseharian bagi orang yang ingin menjadi entrepreneur. Bahkan, kalau tidak melewati fase tersebut rasanya kurang mantap. Sebab, di situ ada proses pembelajaran untuk memotivasi, ada daya juang dan kita bisa menganalisa sesuatu menjadi hal yang sangat berharga untuk menjadi sebuah pelajaran.
Koordinator di GBI (Gereja Bethel Indonesia) Oikoumene Tamanlanrea, Makassar, yang bekerjasama dengan YKMI untuk pelayanan di Lapas Pondok Rajeg ini, sekarang bisa menikmati hasil kerja kerasnya. Kendati begitu, ia enggan untuk berhenti belajar. Dan ia tak mau berada di dalam posisi nyaman. “Jangan berhenti untuk belajar. Misalnya, mengikuti berbagai pelatihan, seperti manajemen, training dan motivasi guna mempertajam skill. Dan untuk menghadapi tantangan harus punya diferensiasi. Jadi kita harus bisa menempatkan di culture mana, ditambah passion agar semakin mengkristal,” pungkasnya memberi tips dalam merintis usaha.
Soleman sebagai manusia biasa sangat mengerti, bahwa semua pencapaiannya itu merupakan campur tangan Tuhan. Beruntung, saat duduk di bangku kuliah ia telah aktif dalam aktivitas pelayanan. Dengan adanya pemahaman tentang ajaran Tuhan Yesus yang benar, ditambah dengan nilai-nilai kehidupan yang didapat dari didikan orangtua tercinta, maka ia punya bekal dan pondasi dalam menjalani bisnis di dalam kehidupan masyarakat yang semakin hari tidak semakin mudah itu.
Ia sadar tidak semuanya orang beruntung dalam kehidupan. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada kesempatan untuk merasakan kebaikan Tuhan. Kepekaan akan rasa peduli terhadap sesama yang tertanam di hatinya itulah yang menggerakkan dirinya, Pdt. Osil Totongan, S.Th., M.Min, dr. Ampera M. S.Ked., M.H. dan rekan-rekannya yang lain untuk mendirikan Yayasan Karmel Ministry Indonesia.
Menurut Soleman, mereka ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang yang sudah dimarjinalkan. “Saya sedih melihat mereka yang antipati atau alergi terhadap para narapidana. Kalau mereka bebas stigma kurang baik itu sangat kental kepada mereka di masyarakat. Mereka sudah menjalani hukuman dan keluar tidak punya skill. Nah, karena itulah kita ingin berbuat untuk mereka agar diterima di masyarakat. Dan lewat YKMI kita membina mereka dengan skill, mental dan rohani,” terang Soleman yang semakin bijaksana menyikapi kehidupan soal didirikannya YKMI.
Menurutnya, pelayanan YKMI, selain ke Pondok Rajeg, Rutan Depok, Lapas dan Rutan Gunung Sindur dan tempat lainnya juga mereka tengah merintis usaha konveksi. Dan beberapa pekerjanya adalah warga binaan yang telah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (LP atau lapas). Ke depannya YKMI ingin pula mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) bagi orang-orang tak mampu, membuka lembaga pendidikan, konseling keluarga, pelayanan bagi pecandu narkoba dan lain sebagainya. Bagi Soleman, pelayanan yang riil itu adalah ketika kita bisa berbuat sesuatu kepada sesama. “Pelayanan di gereja pun amat bagus, tetapi ada suatu hal yang harus kita buat pula di luar. Jadi tidak hanya di pembicaraan-pembicaraan, melainkan harus teraplikasi melalui tindakan,” ujar Soleman Mattipanna.