Narwastu.id – Pakar politik legendaris Prof. Samuel Huntington puluhan tahun lalu meramalkan: Ada tiga negara besar di dunia, salah satunya Indonesia, bakal pecah (dua di antaranya: Uni Sovyet dan Yugoslavia) sudah terbukti pecah. Perpecahan itu karena masalah ideologi. Makanya Pemerintah Pusat lewat Menkopolhukam RI, Jenderal TNI (Purn.) Wiranto pada 8 Mei 2017 lalu menegaskan, keputusan Pemerintah membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah melalui proses panjang dan mendetail. HTI, imbuhnya, dibubarkan karena gerakan politik mereka terbukti mengusung ideologi khilafah dan terindikasi mengancam kedaulatan NKRI.
Dikutip harian Media Indonesia (13 Mei 2017), Ketua Umum DPP PEPABRI (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan POLRI), Jenderal TNI (Purn.) Agum Gumelar yang juga mantan Menkopolhukam RI di era Gus Dur berpendapat, kalangan purnawirawan dan veteran mencermati intoleransi di Tanah Air kian tak terkendali dan radikalisme menguat. Mereka pun meminta TNI, POLRI dan Pemerintah solid menghadapi radikalisme yang semakin meresahkan masyarakat.
Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD), Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri juga menyampaikan, penghapusan radikalisme tidak cukup hanya pembubaran organisasinya. “Radikalisme menyangkut hati dan pikiran para pengikutnya. Tindakan pembubaran harus diikuti dengan langkah strategis, seperti deradikalisasi secara masif, terencana dan sistematis,” cetus mantan Wakil KSAD ini.
Sebagai anak bangsa, harapan dan doa kita semua, Indonesia kiranya tetap utuh dengan ideologi dan falsafah Pancasila. Dan jangan sampai tergerus dengan ideologi radikalisme.
Bukan rahasia umum lagi, saat Pilkada DKI Jakarta akan digelar kelompok radikalisme pun ikut menodai event lima tahunan itu. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta, Ir. Basuki Tjahaya Purnama, M.M. (Ahok) yang kini sudah divonis Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dua tahun penjara, karena dituding menista agama, juga tak lepas dari andil atau tekanan dari kelompok radikalisme.
Sekarang ada banyak anak bangsa yang cinta Indonesia dan mereka terus berdoa untuk persatuan dan kesatuan negeri ini supaya terhindar dari bahaya intoleran dan radikalisme. Bunga, lilin, balon dan lagu kebangsaan yang akhir-akhir ini banyak kita temui dipajang, dinyalakan, diterbangkan dan dilantunkan adalah wujud cinta anak bangsa ini, sekaligus doa mereka untuk keutuhan NKRI.
Sekaitan dengan itu aksi seribu lilin di berbagai penjuru di Indonesia sejak malam 9 Mei 2017 lalu, seperti dikutip harian Kompas (13 April 2017) adalah aksi damai yang berupaya untuk menjaga keberagaman dan kedamaian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Aksi di sejumlah daerah yang mengambil tema 1.000 lilin itu hampir semuanya diisi dengan penyalaan lilin, menyanyikan lagu nasional dan doa dari tokoh lintas agama.
Di Surabaya, Jawa Timur, sejumlah tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha bergabung dengan masyarakat yang mayoritas mengenakan baju merah putih. Ketua Umum Badan Musyawarah Antar Gereja Jawa Timur, M. Sudhi Dharma mengingatkan Bhinneka Tunggal Ika itu anugerah dari Tuhan yang harus dijaga.
Sedangkan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Pamutang Rembang, Ubaidillah atau Gus Ubaid menegaskan, jangan sampai Indonesia dirusak oleh segelintir orang. Indonesia besar karena perbedaan suku, agama, budaya dan tradisi. Saat ini persatuan bangsa Indonesia sedang diuji. Masyarakat seolah digiring kepada sikap berlawanan dan bermusuhan antarkelompok. “Melalui lilin yang kami nyalakan, cahaya ini untuk jiwa dan kebhinnekaan,” ujar Gus Ubaid.
Anak negeri ini sekarang harus terus menggaungkan dan menghayati kembali EMPAT PILAR PERSATUAN BANGSA: PANCASILA, UUD 1945, BHINNEKA TUNGGAL IKA dan NKRI. Tujuannya supaya ideologi dan bangsa yang majemuk ini terus lestari, teguh dan utuh. Doa dan harapan kita semua, Indonesia tercinta ini kiranya senantiasa dilindungi Tuhan Yang Maha Rahmat dari perongrong Pancasila, serta dijauhkan dari elite-elite politik yang menghalalkan cara dalam meraih cita-citanya. Kita percaya dan mengimani bahwa doa punya kekuatan dahsyat, dan mampu memunculkan mukjizat, sehingga negeri ini tak pecah, seperti ramalan Prof. Samuel Huntington. Semoga.