Narwastu.id – Pria yang satu ini adalah satu dari ratusan ribu pengacara/advokat yang masih menaruh perhatian mengadvokasi orang-orang kecil, seperti buruh dan orang-orang yang kurang mampu. Dalam kariernya sebagai penegak hukum, Monang Dixon Gultom, S.H. yang menyelesaikan S1 dari Fakultas Hukum UKI (Universitas Kristen Indonesia), Jakarta, dan kini masih menekuni studi S2 di kampus yang sama, sudah menangani banyak kasus atau perkara hukum. Dan banyak yang diselesaikan dengan baik. Menurutnya, ia menjadi pengacara, karena terpanggil untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di negeri ini. Dan ia meyakini bahwa hukum adalah panglima untuk menertibkan kehidupan bermasyarakat.
Monang yang juga Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Laskar Merah Putih, Kota Bekasi, Jawa Barat, semasa muda sudah mengalami pahit getirnya kehidupan sebagai perantau asal Sumatera Utara (Sumut). Ia pernah menjadi pengamen dan banting tulang di DKI Jakarta untuk mempertahankan hidup. Dan keadaan itulah yang kemudian membentuknya menjadi seorang pengacara nasionalis, cerdas dan tangguh. Monang lahir di Tebing Tinggi Deli, Sumut, pada 27 Februari 1974, dan pendidikan SD, SMP dan SMEA dituntaskannya di Sumut.
Ayah tiga anak dan suami tercinta Helentina Napitupulu ini menerangkan kepada NARWASTU, mottonya sebagai pengacara adalah “terpanggil dan terpilih dalam setiap perkara, dan ingin menjadi pemenang.” Ketua Komisariat pengurus KSBI ini sudah banyak menangani perkara hukum, baik yang berkaitan dengan persoalan buruh, pembunuhan, dugaan pemerkosaan, bahkan urusan bisnis. “Dan saya tujuannya ingin menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai ajaran Yesus Kristus,” ungkap Ketua Keluarga Besar Punguan Parsahutaon Imanuel Harapan Indah, Kota Bekasi, yang hobi nyanyi dan beribadah di Gereja Pentakosta ini.
Ayah dari Reinhold Hivaldo Gultom, George Morado Kingslen Gultom dan Joyses Medeline Uliro Gultom ini sekarang tergabung di Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI). Di tengah kesibukannya sebagai pengacara, berorganisasi dan memimpin keluarga, ia masih menekuni studi S2 untuk memantapkan ilmunya sebagai pengacara. “Pengacara harus banyak belajar dan menimba ilmu,” ujar Monang yang punya sense of humor dan hobi berdiskusi soal politik, hukum dan kemasyarakatan itu. Dan Monang menilai NARWASTU sebagai media Kristiani mirip-mirip Majalah Tempo, yang selalu berupaya membangun kecerdasan bagi pembaca dan mempublikasikan kebenaran pada publik.
Baru-baru ini, Monang Dixon Gultom berkesempatan mengunjungi Tanah Perjanjian (Israel) dengan pembimbing rohani Pdt. Lusiana Harianja Pella boru Sihotang, M.Th. Dalam wisata rohani itu, Monang menerangkan, banyak pengalaman rohani yang ia rasakan, dan membuat imannya semakin bertumbuh. Menurutnya, berkunjung ke Israel tidak hanya melihat sejarah tokoh-tokoh Alkitab, lebih dari itu, tukasnya, kita sesungguhnya semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. “Orang yang dekat kepada Tuhan pasti diberkatiNya,” tegas pengacara yang peduli membantu orang-orang tak mampu ini bersaksi. KS