Narwastu.id – Banyak peristiwa yang menarik perhatian dalam beberapa bulan terakhir yang diikuti majalah ini di negeri ini. Di antaranya, keluarnya Perpu Ormas yang membubarkan HTI, Ketua DPR-RI Setya Novanto yang ditetapkan KPK jadi tersangka korupsi e-KTP, kasus Novel Baswedan, heboh video Ketua Fraksi Partai Nasdem Victor Laiskodat, kasus narkoba Tora Sudiro, penemuan narkoba yang puluhan ton oleh BNN, juga berita heboh seorang konglomerat ternama, yang tadinya kritis kepada Presiden RI Jokowi, lalu tiba-tiba berbalik mendukung Jokowi.
Ada lagi berita yang tak kalah menarik. Ada parpol yang mengaku mendukung pemerintah, namun dinilai plintat-plintut alias tak punya prinsip mendukung pemerintah. Juga pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sembari menikmati nasi goreng dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Soebianto, tak kalah menarik diikuti, karena diisukan sudah bicara persiapan Pilpres 2019. Termasuk isu Panglima TNI, Gatot Nurmantyo yang konon tertarik jadi Cawapresnya Jokowi di Pilpres 2019. Pun isu Agus Yudhoyono Harymurti, yang konon mau disandingkan dengan Prabowo di Pilpres 2019. Ada lagi isu Najwa Shihab yang konon berseteru dengan petinggi Metro TV, sehingga acara “Mata Najwa” ditutup.
Yang pasti banyak kabar, isu bahkan hoax sekarang muncul di tengah publik. Terlebih sejak maraknya warga di negeri ini memanfaatkan media sosial (medsos), maka informasi yang muncul nyaris tiap hari, bahkan tiap jam bisa berubah. Makanya di sinilah perlu masyarakat dituntut agar cerdas menyaring setiap informasi atau berita yang muncul. Karena sadar atau tidak sadar, senang atau tidak senang, informasi atau berita yang bermunculan saat ini rentan berdampak positif maupun negatif. Sehingga perlu kecerdasan dan iman yang teguh untuk menyikapi setiap informasi yang tersiar ke publik.
Ketika menyampaikan khotbah di acara ibadah “Pengukuhan Badan Pengurus Harian DPP PDS (Partai Damai Sejahtera)” di Jakarta pada Sabtu, 5 Agustus 2017 lalu, ada hal menarik disampaikan tokoh gereja nasional, Pdt. DR. Nus Reimas di ibadah yang diikuti puluhan tokoh Kristiani dan elite PDS itu. “Sekarang para elite politik sudah siap-siap mengikuti Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Di situ kita akan lihat bagaimana sikap para pemimpin parpol. Apakah akan berpihak pada kepentingan rakyat atau ingin mengutamakan kelompoknya,” ujar Ketua Dewan Pembina LPMI ini.
“Para pengurus PDS harus ikut melihat keadaan bangsa ini, sekalipun PDS baru akan bangkit lagi. Bangsa ini akan semakin baik kalau pemimpin juga punya hati dan sikap yang baik dan benar. Partai politik seharusnya bisa bersikap baik dan benar dalam menyikapi keadaan bangsa ini. Indonesia sudah 72 tahun merdeka, sehingga kita harus belajar dari pengalaman di era Orde Baru yang dulu sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Bangsa ini, di era reformasi sekarang sibuk mengurusi korupsi, teroris dan narkoba,” ujar Pembina/Penasihat NARWASTU dan Ketua Majelis Pertimbangan PGLII ini.
Meskipun PDS perjuangannya berat untuk menghadapi Pemilu 2019, kata Pdt. Nus Reimas, namun harus ikut berjuang di tengah bangsa ini dan bersuara. “Kalau Tuhan yang kita andalkan di dalam kehidupan, maka hidup kita akan berarti. Dulu ada lima roti dan dua ikan dari anak kecil, menjadi berarti dan bisa memberikan makan 5.000 orang karena Tuhan yang memberkati. Demikian juga kita di dalam hidup ini, termasuk PDS, meskipun kecil, namun kalau kita mengandalkan Tuhan, maka tangan Tuhan tak kurang panjang untuk memberkati kita,” pungkas Pdt. Nus Reimas.
Ungkapan rohaniwan, seperti Pdt. Nus Reimas sungguh tepat. Sekarang persoalan di tengah bangsa ini sungguh mencemaskan. Pasalnya, ada bahaya korupsi, teroris dan bahaya narkoba. Di sisi lain, elite politik sering membuat heboh. Padahal para politisi mestinya bisa memainkan peran untuk membuat kebijakan yang prorakyat atau mensejahterakan publik.
Karena itulah, sekecil apapun keberadaan kita di negeri ini, kita mesti selalu mengandalkan kuasa Tuhan supaya Dia yang menolong, melindungi dan memberkati kehidupan kita bersama anak-anak bangsa ini. Karena Dialah harapan kita. Seperti ditulis di Kitab Mazmur 62:6, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari padaNyalah harapanku.” Semoga.