Film Batak “Horas Amang…” Patut Jadi Tontonan Keluarga

550

Film keluarga berjudul “Horas Amang Tiga Bulan Untuk Selamanya” sejak 26 September 2019 lalu, ramai jadi gunjingan di tengah etnis Batak di perkotaan atau perantauan. Film drama keluarga ini memang terasa menyentuh kaum muda agar semakin paham dan mengerti dengan adat istiadat atau budaya dari leluhurnya (Batak). Dan melalui film ini anak muda zaman now diajak pula untuk melihat dari dekat kehidupan Batak yang khas, apalagi film ini sarat dengan pesan-pesan kehidupan, nilai-nilai budaya, kritik sosial, pesan-pesan moral dan bisa melihat potret Danau Toba yang eksotis lewat media film.

Film “Horas Amang…” ini, perlu direkomendasikan agar ditonton bersama keluarga, terutama etnis Batak. Dan tidak rugi menontonnya. Dari amatan Majalah NARWASTU, dalam 10 tahun terakhir ini, film “Horas Amang…” produksi Prama Gatra Film ini adalah salah satu film nasional yang cukup berbobot berlatar belakang etnis Batak Toba yang punya nilai-nilai budaya, moral, pendidikan, etika Batak dan sarat pesan-pesan kehidupan. Dalam film yang disutradarai Irham Acho Bahtiar dan Steve Wantania ini ada pula diselipkan tiga lagu Batak (Sumut) yang cukup populer, yakni “Anak Medan”, “Anakku Na Burju” dan “O Tano Batak.”

Film “Horas Amang…” ini dibintangi aktor kawakan dengan akting memikat, Ucok Hasyim Batubara (Cok Simbara). Film drama keluarga sejenis yang ceritanya ada konflik antara orang tua dan anak, serta ada kisah cinta dua sejoli yang sedang kasmaran pun sudah pernah ditampilkan lewat film yang cukup berbobot, yakni film “Murshala (2012)”dan “Toba Dream (2016).” Film “Murshala” yang dibintangi aktor berbakat Rio Dewanto dulu diproduksi dengan latar belakang pemandangan mempesona di kawasan Tapanuli Tengah, Sumut, dan dikisahkan tentang dua sejoli marga Parna (Simbolon dan Saragih) yang nyaris menikah.

Dan pemuka adat menentang keras rencana pernikahan kedua marga Parna itu. Marga Parna memang sejak dulu tabu untuk saling menikahi. Sedangkan “Toba Dream” yang dimotori Letjen TNI (Purn.) T.B. Silalahi, dan dibintangi aktor senior Mathias Muchus banyak memotret pemandangan Danau Toba, serta konflik orang tua seorang pensiunan tentara dan anaknya yang mendadak kaya raya, karena bisnis narkoba, yang berakhir tragis. Kita patut memberi apresiasi pada sutradara, produser dan kru film-film yang masih peduli pada adat Batak atau habatahon ini. Media film ini cukup efektif mendekatkan anak muda zaman now dengan adat istiadat atau budaya leluhurnya. FD

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here